Rasanya agak malas berangkat ke kantor setelah libur panjang—tapi mau bagaimana lagi, aku harus tetap bekerja. Toh, aku bukan seorang pewaris. Eh, lebih tepatnya calon pewaris yang entah jadi apa tidak. Hehe. Sesampainya di butik, aku langsung menuju ruang kerja Bu Sania untuk mengambil beberapa dokumen yang harus kukerjakan. Beliau ternyata belum kembali ke butik, sepertinya masih berada di kantor pusat Wirasatya. “Semangat, Tara! Pokoknya kamu gak boleh bermalas-malasan,” ucapku pada diri sendiri sambil menepuk pipi pelan begitu keluar dari ruangan Bu Sania. Aku lalu berjalan ke meja kerjaku yang baru—tepat di depan ruang kerja Bu Sania. Mulai hari ini, aku memang memutuskan pindah ke sini karena ruangan yang dulu kupakai adalah milik Om Dirga. Sebenarnya, bukan aku yang punya ide un

