Rasa yang Berbeda

1392 Kata

Begitu sampai rumah, aku langsung menjatuhkan tubuh ke atas ranjang. Punggungku terasa pegal, tapi bukan itu yang paling mengganggu—melainkan pikiranku sendiri yang nggak berhenti memutar ulang kejadian malam ini. Aduh, Tara… tadi tuh kamu kenapa bisa semanja itu, sih? Peluk-peluk segala. Nempel kayak permen karet. Di tempat umum pula. Aku menatap langit-langit kamar, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan wajah Om Dirga yang diam tapi sesekali tersenyum itu malah makin jelas di kepala. Ugh! Kenapa harus seseru itu, sih, duduk bareng dia di food court sambil dengar musik? Tadi tuh, waktu dia pakein jaket ke bahuku… duh, aku merasa jantungku berdetak sampai kuping. Tapi bukannya jaim, aku malah manja banget. Nyender, peluk, bahkan bilang dia gemesin. Ya ampun, Tara, kamu tuh kenapa bi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN