Laras? Katanya dia sepupuku dari Solo. Dan memang kalau dilihat sekilas, wajahnya ada sedikit kemiripan denganku. Laras memohon untuk bicara denganku, namun Om Dirga langsung mengusirnya. Mama Sania pun tak kalah tegas, sampai memanggil bodyguard yang berjaga di dekat kami. Tapi sepupuku itu tidak menyerah. Alih-alih pergi, dia justru berlutut dan menangis di kaki Mama Sania, memohon diberi waktu sebentar saja. Katanya, dia butuh bantuanku untuk menyelamatkan keluarganya. Tunggu… keluarganya? Bukankah itu berarti keluargaku juga? “Mau menangis darah pun, aku tetap tidak akan membiarkan Tara membantumu!” seru Om Dirga. Ternyata dia bisa semengerikan ini kalau marah. Biasanya wajahnya selalu jahil atau suka menggoda kalau berhadapan denganku. “Lagipula, bukankah kalian selama ini tid

