"Maafkan aku ... maafkan aku, Sayang. Tuhan, bimbing aku. Jangan biarkan aku merusak rumah tanggaku sendiri. Jangan biarkan aku menyakiti mutiara yang telah kau kirimkan padaku." *** Esoknya, Farhan berangkat ke kantor seperti biasa. Namun, kali ini ada yang berbeda dari sikapnya. Pria itu menghindar dari Nadia. Wanita itu merasa keheranan. Apa salahnya? "Mas, tadi Pak Rian telepon, beliau tanya, kapan kira-kira bisa mulai renovasi rumahnya?" "Oh ... kalau itu, coba tanyakan ke Rio. Dia yang memegang semua jadwal." "Baik, Mas," jawab Nadia dengan rasa kecewa. Harapannya untuk mendapatkan kecupan pagi, setidaknya ucapan yang bisa memberinya semangat, nyatanya tidak ia dapatkan. Tidak terjadi perbincangan lagi antara Farhan dan Nadia. Pria itu memilih berdiam diri di ruangannya. Bahkan