Dengan kernyitan dahi Kandil memandang heran pada Lavina, sahabat nya yang tengah termenung di depan meja minuman. Dari kejauhan ia bisa melihat, jika Lavina sedang terlihat gusar. Membuatnya langsung berpamit pada keluarganya. Kandil langsung menghampiri Lavina, namun terhenti ketika melihat Alvan sudah lebih dulu menghampiri sahabatnya. "Kamu gapapa ?". Ia mendengar Alvan bertanya. Lavina melirik sekilas pada pria tampan dalam balutan baju Koko itu. Kemudian ia menggeleng. Kandil, langsung memutarkan langkah nya kembali ke tempat tadi. Pernikahan sahabatnya dengan Alvan tinggal menghitung hari. Mereka tetap melanjutkan rencananya. Jujur, ia tidak sama sekali mendukung semua rencana itu. Pernikahan bukan lah sebuah permainan. Pernikahan adalah sebuah ikatan suci. Tapi,