Sang Monster (21++)

2020 Kata
*21++ Harap bijak dalam membaca.* Malam menjelang. Sang bulan sudah mulai menampakkan dirinya di langit malam. Bayang-bayang sosok berambut panjang terlihat mengintip ke arah Stella yang masih sibuk berlutut di lantai dingin, mengepel dapur dengan tangan tanpa bantuan alat apapun. Tak seorangpun yang tersisa di dapur selain Stella. Lampu remang-remang yang tersisa, membantu Victoria–yang sedang bersembunyi di bawah bayang-bayang–untuk terus memperhatikan gerak-gerik Stella. Meski dalam kegelapan, pancaran iri dan benci di mata Veronica saat menatap Stella, tidak dapat disembunyikan sedikitpun. Bagaimana mungkin seseorang yang hanya menggunakan pakaian lusuh, kusam dan jelek, tetap bisa terlihat anggun dan elegan, tanpa perlu bersusah payah? Bahkan, meski wajahnya tidak tersentuh riasan sedikitpun, tetap bisa terlihat bersinar dan cantik. Sedangkan aku….aku bersusah payah berdandan, merengek pada Xavier agar membelikan pakaian mahal dari merek ternama, rutin ke salon untuk perawatan, namun… di mata Xavier aku tetap saja tidak lebih dari seorang budаk. Pеlacurnya… seorang wanita yang hanya dimanfaatkan sebagai pemuas nafsunya. Percakapan terakhir antara Veronica dan Xavier, berhasil menorehkan luka besar di hati Victoria. Terkadang, saat Victoria sedang bercermin–meski tidak ingin mengingat–bayang-bayang dirinya saat menjadi seorang budаk masih sering muncul dan mengganggunya. Tatapan tajam Veronica terus mengikuti kemanapun Stella melangkah. Veronica melihat Stella yang sudah selesai mengepel dan sedang mengangkat ember berisi air kotor untuk dibuang ke kamar mandi yang letaknya di dekat tempat Veronica bersembunyi. Senyum licik merekah di wajah Veronica. Saat Stella semakin mendekat dari tempat persembunyiannya, di dalam kegelapan, Veronica menjulurkan kaki dan menjegal Stella, sehingga gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur. Ember yang dibawanya terlempar dan kembali membasahi lantai yang baru saja selesai dibersihkan. Stella meringis kesakitan saat mencoba untuk bangkit berdiri. Lutut dan sikunya terlihat berdarah karena dia terjatuh cukup keras. Veronica melangkah keluar dari balik bayangan, tangannya terjulur dan menjambak rambut Stella dengan keras. Menarik Stella agar berdiri lebih cepat.. Veronica membentak dengan keras, “Perhatikan kemana kau melangkah, budаk!” “Bukan salahku! Kau yang menjegal kakiku.” Stella menepis keras tangan Veronica yang sedang menjambak rambutnya. PLAK! PLAK! Dua tamparan keras menghajar kedua pipi Stella. Wajahnya tertoleh ke kiri dan kanan bergantian. Tak berhenti disitu, Veronica kembali menjambak rambut Stella dan menarik keras ke belakang agar wajah Stella menghadap ke arahnya. “Berani-beraninya kau membantahku?! Kau tidak berhak berbicara padaku! Kau tidak berhak mengatakan apapun padaku!!” Veronica menggeram marah mendengar bantahan Stella. Stella memicingkan mata. Dibantu dengan cahaya bulan, akhirnya Stella mengenali siapa wanita yang sedang mencari ribut dengannya. Hmph…ternyata pеlаcur Xavier! Meski tangan Stella gatal ingin membalas tamparan Veronica, tetapi Stella tahu diri. Pembalasan dendam hanya akan menghasilkan hukuman untuknya. Jadi, Stella hanya bisa menatap Veronica dengan tatapan menantang. Melihat tak ada sedikitpun ketakutan di mata Stella, mendadak Veronica merasa gelisah. Dengan kasar, Veronica melepaskan genggamannya dari rambut Stella. Sambil menggeram rendah, Veronica berkata di telinga Stella. “Berikutnya, saat kau melihatku, menyingkirlah sejauh mungkin, budаk. Jika tidak, jangan salahkan aku kalau tubuhmu akan penuh dengan bekas pecutan.” Veronica menegakkan tubuhnya dan merapikan pakaiannya sebelum melangkah pergi meninggalkan Stella. Stella yang masih terduduk di lantai, hanya bisa menatap punggung yang menghilang di sudut lorong mansion dengan kemarahan menggelora di dаdanya. ====== Di tengah malam, Xavier sudah tertidur lelap, namun, kesadarannya mulai terbangun, ketika tubuhnya merasakan rаngsаngan yang membuatnya mulai bergаirah. Xavier mengerang tertahan. Tubuhnya memanas. Sebuah mulut yang panas sedang bermain dengan kejantanannya yang mulai mengeras. Tadinya, Xavier mengira Veronica yang sedang berusaha memuaskannya seperti malam-malam lainnya, tetapi dari tindakan yang dilakukannya, Xavier tahu, orang itu bukan Veronica. Xavier berusaha membuka matanya saat dirinya nyaris mencapai puncak. Dengan tatapan sayu Xavier melihat kepala Alex yang sedang bergerak naik turun dengan penuh semangat. “A-Alex?!” Begitu menyadari siapa pelakunya, Xavier berusaha menjauhkan Alex dari tubuhnya. Dorongan Xavier yang cukup keras, membuat Alex jatuh terduduk karena tidak siap. Asisten Xavier itu menatap Tuannya dengan tatapan kosong dan memanggil namanya dengan suara parau. “Xavier…” Setelahnya, seperti robot tak bernyawa, Alex kembali berlutut dan bergerak mendekati Xavier. Dengan perlahan sedikit memaksa, Xavier menahan kedua bahu Alex, saat pria itu sudah berlutut tepat di depannya. Dengan hati-hati, Xavier membantu Alex untuk berbaring di tempat tidurnya. Setelah berbaring, Alex masih tetap dalam keadaan mengigau. Matanya terbuka nyalang dengan tatapan kosong, menatap langit-langit kamar Xavier, membuat Xavier hanya mampu menarik nafas panjang saat melihat keadaan Alex. Terima kasih kau selalu mendampingiku, Lex. Dalam senang dan susah…Terima kasih selalu berada di sisiku. Maaf, karena kau banyak menderita karena diriku. Kau dan Dion adalah keluargaku yang tersisa, orang-orang yang selalu mendukungku dan memberikanku kekuatan selama ini. Selama 15 tahun hidup dalam neraka, bukan hanya satu atau dua kali Xavier merasa putus asa dalam menjalani hidupnya. Berkali-kali keinginan untuk mengakhiri semua penderitaan, dengan menyelesaikan hidupnya melintas di benak Xavier, terutama saat penyiksaan yang diberikan padanya nyaris tak tertahankan. Tetapi, setiap kali dirinya begitu terpuruk dan hancur, Alex dan Dion yang diingat Xavier pertama kali, lalu keluarganya yang mati dengan tak adil, dan orang-orang keluarga Leone yang teraniaya. Ingatan pada wajah-wajah itu yang membuat semangat juang Xavier kembali berkobar. Xavier mengusap wajahnya dengan keras saat menatap Alex. “Kita bukan lagi tahanan, Lex. Kita bukan budаk lagi. Kita sudah bebas.” Namun, kata-kata Xavier layaknya debu tertiup angin. Setiap kali Alex berada dalam kondisi seperti ini, dia tidak dalam keadaan benar-benar sadar. Tak satupun perkataan Xavier yang mampu mencapai alam sadar Alex. Tatapannya terlihat kosong bercampur dengan gairah dan kantuk, Xavier bangkit dari ranjang dan memakai celananya yang sudah dilepaskan oleh Alex dan meraih jubah tidurnya. “Ayo, jagoan.” Xavier menarik nafas panjang sebelum membantu Alex turun dari tempat tidur dan memapahnya ke kamar mandi. Dengan sedikit kesulitan, Xavier menyandarkan Alex di dinding kaca dan membuka kran pancuran air sepenuhnya ke air dingin. Suhu air di tengah malam bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan di kamar Xavier, membuat Alex langsung tersentak kaget, dengan panik dia mengusap wajahnya yang terkena semprotan air. Xavier bersandar di dinding kamar mandi sambil terus memperhatikan dan menunggu Alex kembali sadar. “Tu-Tuan…!” Saat kesadarannya kembali, Alex tergagap dengan mata terbelalak saat menatap Xavier. Xavier menegakkan tubuhnya dan berjalan kembali ke kamar tidurnya dengan langkah besar, Alex mengikuti perlahan di belakangnya. Meski dirinya masih sangat bergаirah, namun Xavier berusaha untuk menekannya. Untuk saat ini, Alex lebih penting dari sekedar kebutuhan sеksualnya. “Aku melakukannya lagi, ya?” Alex mengerang dengan sedih saat melihat Xavier sudah duduk kembali di pinggir tempat tidurnya dan menatapnya dengan tatapan tajam. “Yeah…” Mendengar respon Xavier, Alex langsung menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di depan Xavier, sambil menunduk dalam-dalam. “Maafkan saya, Tu-.…” “Cukup dengan panggilan Tuan, Alex. Ini sudah tengah malam, dan hanya kita berdua disini.” Alex mengangguk dengan kepala masih menunduk sambil menelan ludah penuh rasa bersalah. “Maafkan aku, Xavier.” Xavier menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Mata birunya terus menatap Alex–orang yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri–yang selalu mendampinginya melewati kehidupan di neraka. Xavier menepuk bahu Alex dan membantunya bangkit berdiri. “Sudahlah. Lupakan saja. Kembalilah ke kamarmu dan cobalah untuk tidur. Aku tahu semua ini diluar kendalimu. Psikiater dan psikolog yang kupanggil mengatakan kondisimu masih dapat disembuhkan. Mereka sedang menyiapkan metode pengobatan yang terbaik. Aku yakin kau akan segera kembali seperti sedia kala,” Meski Alex masih meragukan semua keberhasilan yang dikatakan para ahli, tetapi setidaknya ada setitik harapan yang mulai tumbuh di hatinya. Alex mengangguk mengerti dan mengucapkan terima kasih. Setelah sekali lagi meminta maaf, Alex pun berlalu. Setelah kepergian Alex, meski menit-menit telah banyak berlalu, Xavier tidak dapat kembali tidur. Selama 15 tahun ini, Xavier tidak pernah mampu tidur dengan nyenyak, apalagi sekarang ditambah dengan tubuhnya yang sedang terаngsаng, hingga rasanya sangat menyakitkan. ===== Tidur Xavier selalu terbayang-bayang dengan mimpi buruk kejadian-kejadian yang dialaminya selama hidup bagaikan di neraka. Malam ini, Xavier kembali memimpikan saat sesi perkenalan keduanya sebagai Budаk Raja. Meski Dimitri Costello memiliki banyak budаk, baik pria maupun wanita, tetapi pria kejam itu selalu memperlakukan Xavier dengan sangat spesial. Dimitri selalu memastikan apa yang didapat oleh Xavier akan selalu berbeda dibandingkan budаk-budаk lainnya. Salah satu tugas budаk pria, adalah menyetubuhi budаk-budаk wanita dengan kasar dan penuh siksaan. Kegiatan itu seperti sebuah hiburan, sebuah tontonan bagi para keluarga Mafia. Biasanya para penonton akan menikmati acaranya sambil makan dan berbincang-bincang santai, dan tak sedikit yang ikut berpartispasi dalam pesta seks. Para budаk pria akan diberikan obat perаngsаng dan juga obat kuat agar mampu beraksi pada lebih dari satu atau dua orang wanita. Namun, lama kelamaan kegiatan ini menjadi tidak lagi menarik di mata Dimitri, dan dianggap membosankan. Pada hari itu, Dimitri melemparkan sebuah botol pada Xavier. “Gunakan ini.” Xavier meraih botol itu dan melihat ternyata isi dari botol itu adalah cairan yang seperti minyak. Xavier kembali menatap Dimitri dengan kening berkerut dan tatapan kebingungan. Dimitri mengangguk dan mengarahkan dagunya ke arah Alex. “Aku ingin melihat kau memasukinya, budаk! Disini! Sekarang juga!” Xavier menatap Alex dan Dimitri bergantian. Sesi perkenalan kedua Xavier sangat traumatis baginya, karena dia dipaksa untuk menyetubuhi pelayan setianya. Pria yang dianggapnya seperti saudaranya sendiri, yang sudah bersamanya sejak kecil. Sayangnya, saat itu, Xavier tidak bisa melakukan apapun selain mematuhi perintah Dimitri. Di bawah tatapan puluhan orang dari keluarga mafia lainnya, Xavier terpaksa memberikan pengalaman pertama yang mengerikan bagi Alex. Orang-orang itu tertawa, bersiul dan meneriakkan semangat, setiap kali Alex berteriak atau merintih kesakitan, meski Xavier sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak membuat Alex kesakitan. Xavier melompat duduk, terbangun dari tidurnya dengan tubuh penuh keringat dan nafas terengah-engah, seperti baru saja selesai lari maraton. Ini hanya mimpi buruk! Ini hanya mimpi buruk! Semua sudah berlalu! Aku sudah bebas! Aku bukan lagi seorang budаk! Aku seorang pemimpin keluarga mafia terpandang sekarang! Masa lalu tidak lagi dapat melukaiku! Xavier mengulang-ulang kalimat yang disarankan oleh psikiater dan psikolog yang menanganinya untuk memberikan sugesti pada dirinya sendiri. Dengan kata-kata ini Xavier bisa kembali menenangkan diri, mengingat siapa dirinya sendiri sekarang. Xavier tidak membutuhkan cenayang untuk mengetahui kenapa malam ini dia memimpikan kejadian saat sesi perkenalan keduanya. Apa yang dilakukan Alex padanya malam ini, sudah menjadi jawabannya. Sesi perkenalan kedua Xavier adalah awal dari segalanya. Dimitri hanyalah pembuka gerbang neraka lainnya bagi Xavier. Setelah kejadian itu, perintah untuk melakukan hubungan antar budаk pria semakin sering. Xavier menghabiskan 8 tahun hidupnya melakukan itu, tidak hanya dengan Alex, tetapi juga dengan budаk-budаk pria lain, yang dipilihkan oleh Dimitri. Bahkan sampai Dimitri nyaris menghancurkan kejantanannyapun, Dimitri tidak pernah absen untuk terus menyiksa Xavier dengan permintaan menjijikkannya. Kejadian-kejadian buruk itu membuat Xavier menjadi orang yang bersifat keras dan dingin seperti saat ini. Tetapi, bagi Alex, kejadian pada hari itu melukai jiwanya, membuatnya sakit secara mental. Budаk dilatih untuk menerima semua perlakuan yang menimpa mereka dengan pasrah. Hingga pada akhirnya, Alexpun terbiasa dengan semua perlakuan yang menimpanya. Bahkan tubuhnya mulai mendamba. Tubuh Alex candu dengan untuk mendapatkan kepuasan dari hubungan sеksual sesama pria, terutama dari Xavier. Para ahli menyatakan Alex sebagai seorang penderita Seksomania, dalam tidurnya dia akan terus mengulang saat kejadian yang menyebabkan trauma, dan alam bawah sadarnya akan membuat Alex berjalan dalam tidur, mencari Xavier sebagai objek penyebab traumanya dan mencari kepuasan yang didambakan tubuhnya. Selain metode konseling, para ahli juga sedang mencari obat-obatan yang mampu membantu membuat kondisi Alex membaik. Xavier mengusap wajahnya yang berkeringat. Kilasan kejadian dengan Alex, seperti membuka bendungan ingatan buruk lainnya. Xavier masih ingat saat melihat tubuh kurus Regina yang hancur pada hari itu, belum lagi tentang Dion, dan banyak lainnya. Xavier berusaha memejamkan mata untuk menghilangkan kenangan-kenangan buruk itu. Namun, saat seseorang sudah hidup bersama mimpi buruk selama hampir 20 tahun lamanya, maka mimpi itu seakan menjadi bagian dari hidup orang itu. Dimitri memastikan Xavier menjadi seorang monster seperti dirinya saat itu, dan sebenarnya, Xavier sendiri tidak yakin, dengan semua trauma yang dialaminya selama ini, apakah dirinya mampu untuk tidak menjadi seorang monster? Namun, saat ini, Xavier tidak peduli dengan semua itu. Saat ini, yang dibutuhkan Xavier adalah seseorang yang mampu memadamkan gаirah di tubuhnya yang membara dan sangat menyakitkan. Xavier butuh pelepasan. Tubuhnya menuntut untuk dipuaskan, dan Xavier memastikan tubuhnya akan mencapai kepuasan yang terus menuntutnya. Hanya saja, malam ini, kepuasan itu akan Xavier dapatkan bukan dari Veronica, tapi dari dia…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN