Tentu saja Reyna tergerak bertanya, “Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?” “Haha, Reyna. Dunia ini sempit, dan hidup kamu itu memang ditakdirkan untuk aku tahu segalanya.” Reyna memandang datar wajah Iben. Perasaannya sudah lenyap terhadap orang ini, yang telah menyakiti perasaannya di saat dia sangat membutuhkannya. “Itu sama sekali tidak benar,” ujar Reyna. Tentu saja dia tidak mau mengakuinya, dia tahu Iben adalah laki-laki yang licik, yang pasti ingin memanfaatkan setiap celah untuk kepentingan dirinya sendiri. Lagi pula, dia juga ingin mengetahui sumber informasi Iben. “Iyakah? Haha, jangan bohong, Reyna.” “Untuk apa aku berbohong? Pernikahan aku dan Dewa adalah pernikahan sah dan kami saling mencintai,” tegas Reyna sambil menatap wajah Iben penuh amarah. Iben cukup gentar