“Mama,” lirih Anne begitu membuka mata. Kepalanya masih pusing, namun dunia tak lagi tampak mengabur. “Uni...” balas Andien, satu tangannya mengusap sayang kepala sang putri. “Apa yang sakit?” “Semua, Ma.” Sang ibu mengangguk. “Kamar lagi disiapin, sebentar lagi kita pindah.” “Anne ngga ikut try out, Ma.” “Nanti Papa panggilin guru privat.” Suara itu berasal dari balik tirai. Hanya berselang detik, Dirga menyibak kain yang menjuntai, melangkah masuk. Ia bertolak pinggang, menggeleng pelan. Namun, tak ada kata yang dilontarkan lagi. “Papa marah ya?” lirih Anne. Dirga mendekat ke ranjang, menyusupkan jemarinya ke balik selimut, memijit telapak kaki sang putri. “Ngga,” jawabnya singkat. “Nilai try out Uni yang kemarin-kemarin belum cukup, Pa.” “Tapi kan ngga lantas nekat ujian semen