Wajah Vargas semakin kesal, pria itu membuat keributan dengan menekan klakson pada mobilnya berulang-ulang. Suaranya sangat berisik Anindya sampai malu sendiri karena ulahnya. Gadis tersebut mau tidak mau segera keluar dari dalam rumah Raka. Vargas senang sekali melihat Anindya mau keluar dari dalam rumah tersebut untuk menemuinya. Hari sudah hampir petang, garis merah pada langit di ufuk barat juga hampir lenyap dari pandangan mata mereka. Anindya tidak mau membukakan pintu gerbang, gadis tersebut menemui Vargas dari dalam gerbang. Dia menatap wajah Vargas dari celah pagar rumah Raka. "Kamu mau ngomong apa tentang Vela? Buruan bicara. Sudah sore, aku mau mandi." Ucapnya seraya menunggu. "Masa bicarakan masalah penting, jauhan begini? Keluar dulu lah, temani aku makan malam. Baru kit

