Anindya masih berjalan menyusuri jalan pulang. Matanya masih saja menatap kosong, berulang kali klakson mobil dan motor berbunyi di belakang punggungnya karena dia salah melangkah di tengah jalan. Sementara Raka mengikutinya dari belakang punggungnya. Pria itu memperlambat laju mobilnya. Anindya terlalu banyak melamun, beberapa kali dia dikecam oleh pengguna jalan karena menyebabkan macet. Raka tidak tahan melihat itu semua, dia tetap merasa bersalah karena ikut mengambil andil membuat gadis itu merasa terluka seorang diri. Raka segera turun dari mobilnya, dia memegang tangan gadis itu. "Lepasin gue! Jangan sentuh!" Anindya mengibaskan tangannya dari lengannya. Tatapan gadis itu masih sama seperti sebelumnya. Tatapan jijik, dan ingin menjauh. Raka dengan mata berkaca menggelengkan ke

