Eps. 11 Berhasil Menangkap Teroris

1045 Kata
Belum sampai pagi, mikrofon milik Nadine sudah berbunyi kembali. "Roger. Inspektur Nadine ... apakah Anda bisa mendengar panggilan dari kantor?" Suara itu kembali terdengar, bahkan lebih lengkap dari sebelumnya. Hiss! Nadine segera membuka mata begitu mendengar suara yang berasal dari mikrofon yang ia lepas sebelum tidur. Sengaja di melepasnya, agar dia bisa tidur dengan pulas meski hanya sekejap. Dia mengambil mikrofon tadi, "Roger. Inspektur Nadine menjawab." "Inspektur, dalam waktu enam puluh menit ke depan, kita akan kembali berkumpul di kantor untuk misi investigasi Charles Benedict. Salah satu agen ya udah di lapangan melaporkan melihat pergerakan pria itu." "Perintah dikonfirmasi. Inspektur Nadine akan bersiap, menuju ke kantor sekarang juga." Percakapan lewat mikrofon itu pun kemudian berakhir. Nadine memutar bola mata, melihat jam yang tergantung di dinding. Waktu menunjukkan masih dini hari. Jika dihitung dia baru beristirahat selama 240 menit. Tapi menurutnya itu sudah cukup. Sebagai agen polisi khusus, di saat ada kasus seperti ini biasanya dia hanya tidur selama 120 menit saja dalam sehari. Nadine turun dari tempat tidur, lalu bergegas berganti baju dengan pakaian preman lainnya. Bisa dibilang selama bertugas di lapangan dua jarang sekali memakai seragam dinas. "Semoga misi ini membuahkan hasil." Di saat dia melepas baju, ada sesuatu yang terjatuh dari saku baju bagian atas. Semalam setelah pulang dari rumah Levon, karena kelelahan, dia tak sempat berganti baju dan langsung tidur. "Apa ini?" Ada obat yang tergeletak di lantai yang ia pungut dan baca cepat. "Suplemen untuk daya tahan tubuh?! Astaga! Kenapa aku baru menyadari keberadaan obat ini. Ini pasti dari pria itu." Sejenak Nadine mengulum senyum. Ia menaruh kembali obat itu ke nakas yang berada di samping almari pakaian. "Apa dia memang seorang dokter? Atau ... dia memanggilkan dokter untukku?" Nadine kembali teringat pada sosok Levon. Sungguh, pertemuan dengan Levon meninggalkan kesan positif baginya. Selesai berganti pakaian, Nadine kembali menatap lembaran obat yang baru saja ia letakkan di nakas. "Sepertinya obat itu bisa membantuku." Nadine mengambil obat itu dan meminumnya satu butir. Bohong sekali jika dia membutuhkan obat tersebut untuk menunjang performanya, terlebih kondisi tubuhnya belum fit benar. *** "Baiklah, kita berangkat sekarang," ujar salah satu agen polisi yang tergabung dalam sebuah tim. Tim yang sama dengan tim sebelumnya. Separuh anggota tim mengenakan baju preman dan separuh lainnya mengenakan seragam dinas. Agen polisi yang mengenakan baju preman merupakan agen polisi khusus yang nantinya maju ke depan lokasi melakukan investigasi. Sedangkan anggota yang berseragam melakukan pengamanan. "Siap!" ujar para agen polisi yang sudah duduk di mobil. Mobil kemudian melaju menuju ke titik di mana dilaporkan sebelumnya Charles Benedict menampakkan diri. "Semua bersiap pada posisi masing-masing," ujar salah satu agen polisi ketika tiba di lokasi. Tanpa berucap mereka semua segera bersiaga di tempat masing-masing. Nadine bersama dua rekan lainnya menuju ke sebuah tempat yang diduga adalah tempat persembunyian Charles Benedict. Tim lain yang sudah bergerak memetakan lokasi pada tim Nadine. "Lapor, kami tidak menemukan apapun di sini." Agen polisi melapor setelah melihat sonar lokasi target. Tak ada bangunan atau apapun di sana hanya tanah kosong dengan puing-puing yang berserakan. Daerah ini juga terkena dampak ledakan bom. "Cari terus sampai dapat!" perintah dari mikrofon. Dua agen polisi yang bersama Nadine, bergerak mencari lokasi lain, mungkin saja sonar mereka kurang tepat. "Tunggu Inspektur William!" panggil Nadine berhasil menghentikan langkah rekannya. "Mungkin ada bunker di sini," imbuhnya. Menurut Nadine, sonar itu bekerja dengan baik hanya saja mereka yang belum menemukan tempat persembunyian yang ditunjuk. Inspektur William kemudian berhenti. "Apa kau yakin, Inspektur Nadine?" "Segala kemungkinan itu ada. Aku juga sudah cek sonar ini berfungsi dengan baik." "Baiklah, jika begitu kita periksa apakah benar di sini ada bunker?" tukas Inspektur William. Tiga agen khusus itu kemudian memeriksa kembali tempat ini. Nadine menyingkirkan beberapa puing dari tanah. Lalu dia menggunakan alat pendeteksi orang. Sebuah alat yang bisa menunjukkan adanya tanda kehidupan seseorang di suatu tempat. "Mungkin di sekitar sini." Nadine berhenti di sebuah titik di mana alat pendeteksinya berpijar merah berkedip. Ia berjongkok kemudian membersihkan tanah di titik yang dia pijak sekarang. Ada pintu besi berwarna coklat seperti tanah. "Aku menemukan sesuatu di sini!" teriak Nadine pada dua anggota lainnya yang berjarak agak jauh darinya. Dua rekannya kemudian datang ke tempat Nadine berada. "Inspektur Nadine. Semoga saja ini benar bunker persembunyian teroris." Inspektur William berhasil membobol pintu itu besi bunker. Ada anak tangga berkelok ke bawah ketika pintu terbuka. Hanya dengan menganggukkan kepala, tiga agen polisi khusus itu menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati hingga tiba di anak tangga terakhir. Nadine memberi kode pada dua agen polisi lainnya untuk berbicara mencari penghuni bunker. Dengan cepat mereka menyisir setiap ruangan yang ada di sana. "Suara derap langkah yang cepat." Nadine mendengar suara seseorang berjalan setengah berlari dari balik sebuah ruangan. Ia menuju ke sana, dan langsung menembakkan peluru ketika terlihat sosok bayangan pada dinding. Sebuah peluru melesat cepat menembus kaki seseorang hingga terdengar suara luruh di lantai. "Angkat tangan! Kau ditangkap!" Nadine menghampiri pria yang terduduk di lantai dengan menodongkan pistol. Namun bukan teroris namanya Jika dia takut ada polisi dan menyerah dengan mudah. Pria itu berbalik, dengan cepat dia menarik pistol dari balik baju dan balas menembak. Beruntung, Nadine berhasil menghindari tembakan tersebut yang akhirnya melesat pada dinding. "Kau dikepung!" Insperktur William dan satu rekan lainnya segera menuju ke pusat suara tembakan begitu mendengar suara tembakan untuk yang kedua kalinya. Terjadi baku tembak setelahnya. Rupanya pria itu tak hanya seorang diri di sana. Ada anggota lainnya, sekitar 30 personil yang melindungi pria yang memang adalah Charles Benedict. Tiga agen polisi khusus melawan 31 personil teroris. Dua jam lamanya barulah tiga agen polisi itu berhasil membekuk Charles Benedict beserta komplotannya. "Insperktur Nadine, apa kau baik-baik saja?" Sersan Eve yang saat itu datang bersama lainnya ke lokasi untuk membantu pengamanan menghampiri. "Aku baik-baik saja, Sersan Eve." Nadine berkata demikian meski dia menahan sedikit sakit. Ada beberapa peluru dari lawan yang menggores lengannya meski tidak bersarang di sana. Para agen polisi masuk kembali ke mobil, kembali ke kantor polisi. Sedangkan Charles Benedict bersama kawanannya berada di mobil lain menuju ke kantor polisi. "Tuan Steve, Charles Benedict berhasil tertangkap," ujar seorang pria ditelepon melaporkan situasi terkini. "Bagaimana dia bisa lengah? Pastikan tak ada lainnya dari tim yang tertangkap!" Seorang pria menerima panggilan telepon dengan gusar. Dia sampai melempar ponsel setelah panggilan selesai. "Tuan Levon, apakah ada perintah?" Seorang pria masuk ruangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN