“Ada perlu apa, Mala?” Bima bertanya pada sang adik begitu tiba di balkon rumah. Maka mengajaknya mengobrol di balkon alih-alih di ruang makan atau di ruang kerja Bima. Mala menoleh, wajahnya masih kusut dan masam. Namun ada sedikit kelegaan saat kakaknya benar-benar menepati janjinya. “Kak, Kakak tahu kalau kak Alin sudah ditangkap?” Mala bertanya dengan wajah semakin gelisah. Bima langsung mengerutkan kening. “Kamu mau ngobrolin soal Alin sama Kakak?” tanyanya. Mala mengangguk berkali-kali. “Iya. Tadi aku ketemu sama kak Alin, kasihan, Kak. Dia kurus sekali, mukanya pucat banget, nggak bisa makan makanan penjara.” Tangan kanan Bima mulai terkepal, tapi ia masih diam. Menunggu Mala melanjutkan kata-katanya. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dibicarakan oleh adik semata wayangny