Jumat malam, di pesta perayaan yang diadakan oleh Alin. Bima menggandeng Binar dengan mesra, menggenggam tangan istrinya yang melingkar di lengannya. Ia menoleh ke samping, tersenyum tipis saat mendapati Binar juga tengah menatapnya. “Kenapa lihat-lihat?” bisik Binar galak. Senyuman di bibir Bima semakin terkembang. “Kamu cantik.” Binar terkesiap sejenak, kemudian ia segera berhasil menguasai diri. “Gitu dong kalau muji tuh pake senyum.” Bima mengangguk. “Jadi kelihatan lebih tulus, ya?” “Iya.” Binar hanya menjawab pendek karena sepersekian detik berikutnya, seorang wanita tinggi semampai telah berjalan cepat ke arahnya. Ah, lebih tepatnya ke arah Bima. “Bima, kamu beneran dateng?” Alin, wanita cantik bertubuh bak seorang model itu berseru senang. “Iya. Kan diundang.” Bima menjawab