“Kenapa Tante nanyain Binar bukan om Bagas?” tanya Bima kemudian. Ia mulai melangkah lagi, namun ia memutuskan untuk keluar dari lobi gedung. Perasaannya belum benar-benar membaik, ia tak yakin bisa menghadapi Binar yang terus menuntutnya sekarang. Terdengar dengusan kasar di ujung telepon. “Buat apa? Tante lebih khawatir soal Binar daripada laki-laki b******k itu.” Meski kalimatnya terdengar tajam, tapi nada suara tante Ana justru terdengar sendu. Wanita itu jelas menahan kesedihannya sendiri. Bima menghela nafas. “Tante udah bicara sama papa?” “Sudah.” Hanya jawaban pendek yang terdengar. Bima tahu, tante Ana sedang menahan tangisnya saat ini. Maka ketika ia duduk di kursi taman, ia hanya bisa mengatakan satu hal. “Pulang, Tan. Jangan sedih sendirian di sana.” Bima adalah saksi hid