"Dia bukan barang, Bima. Jangan perlakukan dia seperti barang yang bisa dimiliki siapapun." Januar mendesis tajam sambil tetap mencengkram bahu Bima erat. Tubuh Bima menegang seketika. Keinginan untuk kembali melayangkan pukulan di wajah Januar itu terus menukik tajam. Kamar inap Binar nyaris saja menjadi ajang perkelahian antara dua pria itu. Beruntung, ketukan di pintu segera mengalihkan perhatian mereka. Ketiganya segera menoleh ke arah pintu, tapi tidak ada yang berjalan untuk membuka pintu. Hingga akhirnya, Binar menghela nafas dan turun dari kasur. Ia menyeret tiang infusnya untuk menuju pintu. Barulah Januar berseru pelan. “Lo duduk aja, biar gue bukain.” Dan detik berikutnya, ia bergegas menuju pintu. Gestur Januar itu justru membuat Bima semakin kesal dan marah. Ia juga kesal