Sepulang kerja sore itu, Bima membawa Binar pulang ke rumahnya. Binar duduk di sebelah Bima dengan gelisah. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana Satria mengusir dirinya dan Ambar tempo hari. Bima berhasil menangkap gestur gelisah sang istri, maka ia menggenggam tangan Binar dengan sebelah tangannya sementara tangan yang lain mencengkram kemudi dengan erat. “Jangan khawatir, kamu datang sama aku,” ucapnya pelan. Masih ada sedikit nada dingin di sana, tapi jauh lebih baik. Binar menoleh, tatapannya masih sangat gelisah. “Gimana kalau kita berdua yang diusir?” Bima menggeleng. “Papa nggak akan setega itu ngusir aku. Tapi kalau benar-benar kejadian, aku nggak masalah pergi dari rumah asal bareng kamu.” “Jangan!” Binar menyergah cepat. “Jangan, Bima. Aku nggak mau pernikahan kita malah b