Tanpa perlu diberitahu dua kali, Alin tahu bahwa dalang di balik kejadian yang menimpanya hari ini adalah Bima. “Kamu—” Kalimat Alin terputus, ia terdiam begitu saja. Kata-katanya menguap entah ke mana. “Aku kenapa?” balas Bima. “Kenapa kamu melakukan ini, Bima?” tanya Alin setelah berkali-kali mengatur nafas dan memperbaiki ekspresi. Ia tak mungkin mengamuk di sini. Kecuali jika ia ingin diusir paksa dari rumah besar ini. “Melakukan apa?” tanya Bima sok polos. “Jangan pura-pura nggak tahu!” Alin mendesis marah. “Ah….” Bima bersandar di pintu, menatap Alin dengan sebelah alisnya yang terangkat sinis. “Soal butik kamu? Iya, itu memang ulahku. Kenapa? Ada masalah?” “Jelas ada masalah!” Alin hampir saja berteriak. Namun ia berhasil menekan suaranya serendah mungkin. “Apapun masalahnya