Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hara tetap keras kepala tidak mau kuantar pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 dan Hara masih berdiri di luar sana—di dekat pintu lobi. Sementara, hujan tak kunjung reda. Masih turun dengan derasnya tanpa jeda. Aku memperhatikannya dari dalam. Hara masih tampak sibuk dengan ponselnya. Tak lama, perempuan itu masuk kembali ke dalam lobi. Hara langsung membuang pandangannya saat kedua mata kami bertemu. Mungkin Hara pegal berdiri, dia duduk di kursi yang berada di seberangku. Aku terus mengamati gerak-gerik perempuan itu tanpa suara. Hara tak menjawab pertanyaanku tadi. Dia malah pergi begitu saja ke arah luar dan aku tak menahannya. Aku memilih untuk kembali ke tempat dudukku tadi. Aku ingat jika pernah berkata akan membuat Hara nyaman bekerja di kantorku. Tapi, apakah salah ji

