Saat mata Aulia terpejam. Mata Alam menatap langit-langit kamar. Sesaat matanya terpejam. Dua bulir air mata meluncur di kedua sudut matanya. Alam merasa bodoh, karena terlambat menarik diri, dari pergaulan yang kini membuatnya merasa sangat berdosa. Di sisi lain Alam bersyukur, karena bertemu Aulia yang mau membantunya. Tanpa cinta, tanpa imbalan, bersedia menikah dengannya. Alam bukannya tidak tahu, kalau Aulia sesungguhnya malu, menggodanya dengan bersikap genit, dan agresif. Bagi Alam, Aulia konsisten dengan janji untuk membuatnya berubah. Yang Alam tidak tahu sampai sekarang, kenapa dirinya bisa berbeda dari pria lainnya. Tidak ada satu alasan khusus yang membuatnya bisa menyimang. Perasaan itu hadir begitu saja. Sudah coba ia tolak, tapi tak bisa ia musnahkan. Apa lagi saat ia bert