Memandangi wajah Sera yang sedang lelap membuat hati Sheya justru semakin pias dan merana, bagaimana jika akhirnya dirinya dan Sera harus berpisah? Apakah dirinya sanggup? Memikirkannya saja membuat Sheya menggigil ketakutan. Pelan-pelan putrinya itu menggeliat dan mengerjap lucu, Sheya langsung mengulum senyum dan meneruskan usapannya di puncak kepala sang putri. “Ibuuuuu.” Anak itu langsung menggeser posisinya dan merangsek lebih dekat ke arah Sheya, memeluk pinggang Sheya dengan erat dan mengendus aroma yang menjadi favoritnya. “Pagi, sayang. Nyenyak tidak tidurnya, Kak?” “Nyenyak, Ibuuuu. Soalnya, kan, Sera bubuk di samping Ibu, sambil peluk-peluk Ibuuu.” Ucap anak itu dengan kepala mendongak dan tersenyum lebar ke arah ibunya. Anak itu lalu beranjak duduk, bersandar di kepala

