Part 20

1242 Kata
Cassandra tersenyum melihat Ana yang berlarian dipantai dengan telanjang kaki, terlihat gadis itu sangat senang. Sedangkan Cassandra mengikutinya agak jauh sekaligus mengawasi Ana, entah kenapa timbul rasa sayang dihatinya pada Ana padahal ia baru mengenal Ana dan beberapa kali bertemu. Tapi jantungnya kembali berdebar aneh saat mengingat anak siapa Ana sebenarnya, Ana adalah putri tunggal atasannya, pendiri dan pemilik perusahaan garmen dimana ia bekerja dan itu membuatnya kurang nyaman kenapa malah menyayangi Ana seperti itu. "Ana... ayo pulang," teriak Cassandra agar Ana bisa mendengar suaranya diantara suara ombak yang berkejaran. "Nanti kak, kakak duduk saja di bawah pohon itu, aku masih mau main." Cassandra menghela nafas, ia kemudian berjalan menuju pohon kelapa yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan duduk disana, untungnya ia memesan pakaian celana pendek untuknya dan untuk Ana. Cassandra mengingat sesuatu, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celana pendeknya dan mencari nomor Kavindra yang sudah ia simpan. Cassandra menatap nomor ponsel Kavindra di layar ponselnya, ia ragu menghubungi bosnya itu, menatap nama dan nomor ponsel Kavindra saja jantungnya sudah berulah apalagi bicara dengan bosnya itu. Satu lagi ketakutan Cassandra adalah jika Kavindra marah karena ia bersama Ana tapi malah tidak memberitahunya, Cassandra yakin Kavindra sangat khawatir pada Ana. Cassandra menghela nafas panjang kemudian mendial nomor Kavindra, panggilannya sudah tersambung tapi lama Kavindra tidak menjawab panggilan suara Cassandra. Cassandra kembali mendial nomor Kavindra, kali ini Kavindra menjawab panggilan Cassandra. "Halo..." "Halo pak Kavindra, ini saya Cassandra." "Iya, kenapa Cassandra?" "Ini... tentang Ana pak." "Ana? kamu tahu dia dimana sekarang?" "Ana bersama saya pak sekarang." "Apa? bagaimana bisa? baiklah aku akan kesana menjemput Ana, di rumah kamu kan?" "Bukan pak, kami ada di pantai sekarang, akan saya share locationnya." "Baiklah." sambungan terputus, Cassandra masih mengawasi Ana yang sedang bergembira bermain di pantai. Hari sudah beranjak sore, matahari juga hampir tenggelam di ufuk barat. "Ana, sudah sore, ayo aku antar pulang," teriak Cassandra lagi, Ana yang memang tak jauh dari Cassandra berjalan mendekati Cassandra. "Tapi Ana masih mau main kak." "Papa kamu pasti khawatir, lagi pula ini sudah sore dan akan segera beranjak malam, lain kali kita bisa main ke pantai lagi ya?" "Baiklah," jawab Ana. "Ana... ya Tuhan sayang... papa bingung mencari kamu, kamu malah disini." Kavindra bergegas berjalan mendekati Ana dan memeluk putri kesayangannya itu, di belakang Kavindra mengikuti pak Agung. "Papa...dari mana papa tahu aku disini?" tanya Ana. "Cassandra yang menghubungi papa, kamu tidak tahu betapa kahwatirnya papa sayang." Kavindra mengurai pelukannya pada Ana dan kemudian menatap Cassandra. "Dan kamu, sejak kapan kamu bersama Ana? kenapa tidak memberitahu aku sejak awal? apa niat kamu melakukan ini?" tanya Kavindra bertubi tubi. "Kamu tahu Ana adalah putri kesayanganku dan semalaman aku tidak tidur karena memikirkan bagaimana keadaannya juga mencari keberadaannya, kamu tidak tahu bagaimana rasanya saat merasa kamu tidak akan bertemu lagi dengan orang yang sangat kamu sayangi, katakan kenapa kamu tidak segera menghubungi aku semalam?!" tanya Kavindra dengan suara sedikit tinggi dan menatap tajam pada Cassandra. Cassandra diam, membalas tatap Kavindra kepadanya, bukan debaran aneh di jantungnya yang ia rasakan kini, tapi rasa tidak nyaman dengan tuduhan Kavindra. "Saya tidak ada maksud apa apa, saya hanya mengikuti keinginan Ana, maaf jika pak Kavindra berpikir saya melakukan ini dengan satu tujuan, permisi," jawab Cassandra kemudian berbalik dan meninggalkan Kavindra, Ana dan pak Agung. Cassandra tak menyangka niat baiknya diartikan lain oleh Kavindra, tapi ia berpikir logis, memang benar apa yang dikatakan Kavindra, seharusnya semalam ia menghubungi bosnya itu dan mengatakan semuanya walau Ana memintanya tidak mengantarkan dirinya pulang. Ia merasa jika dirinya juga salah dalam hal ini. ~~~ ~~~ Ana mengempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, ia menatap marah pada papanya, Pak Agung duduk di sofa yang berseberangan dengan Ana yang juga diduduki Kavindra. "Papa jahat tahu nggak bilang seperti itu pada kak Cassie." "Papa hanya mengkhawatirkan kamu sayang, jika dia menghubungi papa semalam, papa tidak akan frustasi mencari kamu." "Kak Cassie akan menghubungi papa semalam, tapi Ana yang cegah. Ana marah sama mama juga papa, kenapa saat hari bahagia, hari ulang tahun aku malah bertengkar di depan tamu juga teman temanku. Aku malu pa," ucap Ana dengan wajah masih menyiratkan kemarahan. Kavindra berdiri dan berjalan mendekati Ana, "papa minta maaf sayang, papa tidak bermaksud menyakiti Cassandra, itu ungkapan kekhawatiran papa karena kamu semalaman tidak ada kabar dimana kamu berada." "Sebenarnya kak Cassie akan mengantarkan Ana pulang, tapi Ana tidak mau, Ana mau menenangkan diri jadi kak Cassie membawa Ana check in di hotel tak jauh dari hotel dimana pesta ulang tahun Ana diadakan, pagi tadi juga kak Cassie mau mengantarkan pulang karena dia tahu pasti papa khawatir tapi Ana tidak mau dan mengajaknya ke pantai. Semua bukan salah kak Cassie, tapi salah Ana, papa menyakiti perasaan kak Cassie pa, aku benci papa." Ana berdiri dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Kavindra menghela nafas, ia tadi memang emosi sehingga ia marah pada Cassandra yang jelas jelas sudah menjaga putrinya dengan baik. Kavindra merasa bersalah karena menuduh Cassandra yang bukan bukan, ia menoleh pada pak Agung. "Yang bos lakukan itu salah, saya rasa mbak Cassandra tidak ada niat lain. Jika dia ada niat buruk, tentu ia akan memanfaatkan momen saat mendonorkan darahnya di Melbourne waktu itu bos," ucap pak Agung mengingatkan Kavindra, ucapan pak Agung bagai palu godam yang menghantam dadanya, sangat menyakitkan. Menuduh Cassandra punya niat lain dibalik ia mengetahui dimana Ana berada tapi tidak memberitahunya, Kavindra juga tidak tahu kenapa ia menuduh Cassandra seperti itu, apakah karena kekhawatirannya yang sangat berlebihan pada Ana. Kavindra mengacak rambutnya frustasi, ia kemudian berdiri dan berjalan naik dalam kamarnya. Kavindra keluar dari kamar mandi, tubuhnya segar setelah mandi, ia hanya memakai boxer dan shirtless, rambutnya basah dan masih meneteskan air. Kavindra berjalan menuju ranjangnya dan duduk di tepi ranjang, ia kembali menghela nafas. Ia menuduh Cassandra yang tidak tidak, dan melihat tatapan Cassandra, Kavindra tahu jika gadis itu marah dan kecewa akan tuduhannya tapi tidak mengatakan apa apa. Kavindra semakin merasa bersalah saat tahu yang sebenarnya dilakukan Cassandra, bukan untuk apa apa tapi untuk Ana. "Aku harus minta maaf kepadanya, tapi bagaimana? apakah aku harus menghubunginya?" gumam Kavindra, ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Pasti dia masih marah kepadaku karena tuduhanku, ia tidak akan mau menjawab panggilanku. Lebih baik aku tunggu beberapa hari lagi." Oooo---oooO Kavindra duduk di kursi kerjanya dengan tidak bersemangat, ia bingung bagaimana cara minta maaf pada Cassandra. menemuinya Cassandra di ruang kepala divisi produksi itu tidak mungkin, ia tak mau membuat pegawai yang lain berpikiran yang tidak tidak. Datang ke rumah Cassandra makin tidak mungkin karena ia takut Cassandra tidak mau menemuinya jika ia datang. Ia mengacak rambutnya, kenapa ia begitu frustasi seperti ini hanya untuk meminta maaf kepada Cassandra. Kavindra tak menyadari jika pak Agung masuk dalam ruangannya dna menatap Kavindra heran. "Bos kenapa?" tanya pak Agung membuat Kavindra terkejut. Sapaan pak Agung membuat Kavindra tersadar dari lamunannya dan menatap Agung. "Aku bingung Gung bagaimana minta maaf pada Cassandra, pasti ucapanku waktu itu sangat menyakiti hatinya. Aku takut dia tidak mau meaafkan aku," ucap Kavindra. "Mbak Cassandra bukan orang seperti itu bos, aku pikir bos bisa memahaminya saat bersama dengannya beberapa hari di Melbourne." "Entahlah Gung..." Kavindra menghela nafas. "Saya ada ide, tapi itu kalau bos mau melakukannya." "Ide apa?" tanya Kavindra. "Saya akan mengundang mbak Cassandra makan malam bersama istri saya, dan kalau berkenan bos bisa ikut ada disana, nanti saya dan istri akan pamit pulang lebih dulu agar bos bisa minta maaf pada mbak Cassandra, bagaimana?" Kavindra berpikir sejenak dan mengangguk, "Baiklah, aku mau." Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN