Part 35

1234 Kata
"Tunggu..." Cassandra berbalik dan menatap Kavindra, jantungnya kembali berdegup kencang saat mata mereka bersirobak, Cassandra terpaku pada kelamnya mata Kavindra. "Saya ingin bicara," ucap Kavindra masih memegang lengan Cassandra. "Saya nggak mau," Cassandra mencoba melepaskan tangannya dari pegangan tangan Kavindra. "Kenapa?" "Tidak ada yang harus dibicarakan lagi bukan, lebih baik fokus pada kehidupan bapak bersama Anna dan Una." Kavindra tergelak mendengar ucapan Cassandra dan menatap dalam mata gadis di depannya. "Kamu cemburu pada Una?" tanya Kavindra dengan tatapan menyelidik. "Apa hak saya, saya bukan siapa-siapa bapak," jawab Cassandra ketus membuat Kavindra yakin jika Cassandra terbakar cemburu dengan interaksinya dengan Una. "Jadi kamu mengakui kalau kamu cemburu? dan itu berarti kamu memiliki perasaan yang sama seperti yang aku rasakan?" Cassandra mendelik, ia menyadari ucapannya sudah menyiratkan jika ia cemburu dan memiliki rasa cinta untuk Kavindra. "Pak Kavindra terlalu cepat menyimpulkan," Cassandra masih berusaha melepaskan tangannya dari Kavindra tapi genggaman tangan Kavindra tetap tidak bisa ia lepaskan. "Tapi aku rasa kesimpulanku benar." Cassandra hanya bisa mendengus kesal saat ucapan Kavindra memang benar adanya, ia terkejut karena tiba tiba Kavindra menarik tubuhnya dan membawanya dalam pelukan Kavindra. Ada perasaan aman dan nyaman saat Kavindra memeluknya membuat Cassandra yang akan mencoba melepaskan diri mengurungkan niatnya. Cassandra malah menikmati hangatnya pelukan Kavindra, ia bahkan melingkarkan lengannya di pinggang Kavindra. Kavindra tersenyum senang, Cassandra sudah tidak melakukan penolakan kepadanya, ia tinggal lebih meyakinkan Cassandra untuk menjalin hubungan dengannya. Kavindra mengingat momen ia berbicara dengan Una beberapa waktu lalu saat Anna dan Cassandra bermain di pantai. "Kamu jatuh cinta pada gadis itu mas?" tanya Una. "Kenapa memangnya? entah ini kebetulan atau takdir saat kita bertemu dengannya di resto mall tadi dan Anna malah mengajaknya." "Kamu kali yang sengaja menemui dia." "Jujur aku bahkan tidak tahu Cassie akan datang ke mall itu." "Apa kamu yakin dengan perasaan kamu mas, I mean how could? usianya paling masih dibawah tiga puluh tahun dan masih sangat muda. Aku khawatir jika ini perasaan sesaat setelah kamu bercerai dengan mamanya Anna." "Kamu adik aku Un, kamu paham sifat aku, aku tidak mudah jatuh cinta secantik dan sebaik apapun wanita yang mendekati aku, tapi Cassie sangat berbeda dengan gadis kebanyakan." "Aku lihat Anna sangat menyukainya mas." "Itu juga jadi salah satu pertimbangan aku Un, bagaimana menurut kamu?" tanya Kavindra. Una terdiam, ia menatap interaksi Anna dan Cassandra yang berada tak jauh dari tempatnya dan Kavindra berdiri. "I think maybe its time for you to happy, move on dari kak Raina dan menjalani kisah cinta dengan wanita lain, dengan Cassandra maksudku. Kamu sudah menyatakan perasaan kamu kepadanya?" "Sudah dan dia menolak aku." "Aku paham kenapa dia menolak kamu mas, siapa yang tidak shock jika atasannya yang duda menyatakan cinta kepadanya." "Aku harus bagaimana, aku tahu dia memiliki perasaan yang sama padaku tapi aku bisa apa jika ia terus mengingkari perasaannya," ucap Kavindra yang menatap nanar keberadaan Cassandra dan Anna. "I have an idea," ucap Una. "Apa?" "Peluk aku sekarang." "What? Apa maksud kamu Un?" "Peluk aku, dia tidak tahu kan kalau aku adik kamu mas, aku bisa lihat kok dia tidak suka interaksi kita berdua." "Kamu mau membuatnya cemburu?" "Yes." "Aku sudah pernah melakukan ini dengan Agung tapi tetap saja ia tidak mengakuinya." "Jika rasa cemburu hadir berkepanjangan, bisa saja pikirannya akan terbuka dan mengakui perasaannya, mau nggak?" "Oke oke," Kavindra kemudian memeluk Una dan ia tahu Cassandra melihat apa yang ia lakukan, entah apakah rencana Una akan berhasil tapi ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi dan ingin Cassandra juga menerima apa yang ia rasakan. Kavindra mengurai pelukannya dan menatap Cassandra dan tersenyum. "So..." "Apa?" "We in relationship?" tanya Kavindra. "Tapi Una?" tanya Cassandra dengan wajah cemberut. Kavindra tergelak dan mencubit hidung Cassandra. "Una itu adik kandung aku, dia baru datang dari Eropa, dia ada urusan bisnis di Jakarta dan tentu saja ingin bertemu dengan aku dan Anna." "Jadi tadi kalian sengaja membuatku cemburu?" "Sure, karena kamu selalu mengingkari perasaan kamu jadi aku rasa aku harus membuat kamu cemburu agar kamu bisa memahami perasaan kamu sendiri, tapi itu ide Una," jawab Kavindra. "Jadi?" Cassandra hanya diam, ia menatap ke dalam mata kelam Kavindra, ia sudah lelah mengingkari perasaannya pada Kavindra, ia tidak tahu apa yang terjadi kedepannya tapi paling tidak ia bisa merasakan bahagia bisa mengikuti kata hatinya bukan kata pikirannya. Cassandra tersenyum dan mengangguk, Kavindra pun tersenyum. Kavindra meraih kedua tangan Cassandra dan menggenggamnya, tapi Cassandra segera menarik tangannya saat melihat Una dan Anna. Kavindra menatap heran pada Cassandra dan Cassandra hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu gadis di depannya tidak ingin Anna tahu dulu. "Ini buat papa dan kak Cassie," ucap Anna menyerahkan botol air mineral pada Cassandra dan Kavindra, Una menatap Kavindra seakan bertanya bagaimana hasil sandiwara mereka, Kavindra tersenyum dan mengangguk. Una pun tersenyum dan ia memiliki ide brilian. "Mas aku pinjam mobilnya ya, ada yang harus aku beli sama Anna, ya kan An?" "Hah? apa Tante? memang kita msu beli sesuatu?" "Iya, ayo." "Tapi papa kita antar pulang dulu." "Tidak perlu, papa kamu bisa naik taksi," ucap Una menarik tangan Anna dan membawanya masuk mobil Kavindra yang dikemudikan oleh sopir. Cassandra menatap kepergian Una dan Anna dengan wajah bingung dan mulai mengerti tujuan Una, wanita itu ingin Cassandra dan Kavindra menghabiskan waktu bersama. Wajah Cassandra bersemu saat tahu ia akan berdua saja bersama Kavindra, menghabiskan waktu bersama setelah resmi menjalin hubungan. "Ayo..." Kavindra menarik tangan Cassandra menuju pantai, hari sudah beranjak sore, Cassandra mengikuti langkah Kavindra menyusuri pantai dengan ombak kecil yang sesekali menyapu kaki keduanya yang tidak memakai alas kaki. "Kenapa kamu tidak mau Anna tahu tentang kita?" tanya Kavindra. "Bukan tidak mau, tapi mungkin untuk saat ini aku belum siap memberitahu Anna atau semua orang." "Kenapa? kamu malu jika orang tahu jika kamu menjalin hubungan dengan pria dengan usia jauh di atas kamu?" "Bukan itu, hanya saja..." Cassandra menggantung kalimatnya, tidak tahu harus mengatakan apa. "Its okay, aku paham." Kavindra kemudian menggenggam tangan Cassandra dengan memasukkan jarinya di sela jari Cassandra, ia menatap semburat jingga di langit. ~~~ ~~~ Cassandra berdiri di balkon kamarnya menatap jauh ke halaman belakang rumahnya yang luas dan penuh pepohonan yang rindang, ia sudah mengikuti kata hatinya menerima cinta Kavindra tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikirannya. Cassandra tidak tahu bagaimana reaksi papa, mama dan Carlo saat tahu jika ia menjalin hubungan dengan Kavindra, saingan bisnis papanya yang seorang duda dan memiliki satu anak remaja. Bukan waktunya Cassandra main main dalam menjalin suatu hubungan, ia ingin stay di satu hati yang membuatnya aman dan nyaman, hati itu adalah milik Kavindra. Bagaimanapun ia berusaha untuk membunuh rasa itu tapi tetap saja perasaan itu semakin berkembang dari hari ke hari hingga Cassandra tidak bisa menahannya lagi. Cassandra terkejut saat tiba tiba Carlo sudah berdiri di sampingnya. "Ya ampun bang Carlo... tanpa suara udah ada disini aja." "Kamu kenapa Case, ada yang kamu pikirkan, ada masalah di kantor?" "Hah... enggak, nggak ada kok bang," elak Cassandra. "Jangan bohong kamu, sejak tadi kamu melamun, bahkan aku sudah disini beberapa menit kamu baru sadar." "Hanya masalah kecil, Abang jangan khawatir." "Yakin?" tanya Carlo memastikan. "Iya aku yakin." "Baiklah kalau begitu, pesanan kamu aku letakkan di atas ranjang." "Iya, makasih ya bang, so bagaimana rencana pernikahan abang dan kak Jenny? liburan kemarin kakak prewedding juga kan?" "Masih dibicarakan antar orangtua, untuk prewedding masih ads beberapa tempat lagi, kamu mau ikut?" "Kemana?" "Singapore." "Kalau weekend aku bisa." "Tentu weekend, aku juga harus kerja." "Oke aku ikut." Lynagabrielangga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN