Gosip menyebar begitu cepat. Saat gue melangkahkan kaki di sekolah dengan tujuan untuk mengambil tas, mereka langsung memberikan tatapan jijik, bahkan ada beberapa yang menghina gue terang-terangan dan mengatakan cewek liar, cewek munafik, dan lebih parahnya lagi, mereka menuduh gue jalang. Bahkan teman satu kelas gue kompak melontarkan tatapan sinis saat gue masuk ke dalam kelas. Untung masih ada Melvan, Bagas, Eko, Arif, dan Devi. Mereka ada di samping gue, dan ikut bersiap pulang bersama gue. “Nggak nyangka, ya? Terlihat polos, taunya tekdung duluan.” Dina menyindir secara terang-terangan dan disambut derai tawa oleh mereka. “Heh!” Devi mengacungkan jari telunjuknya. “Kalau tidak tau apa-apa, mending nggak usah nyinyir!” Dengan cepat gue menarik Devi dan langsung membawanya keluar.