Saat pertama kali membuka mata, kepala gue berat dan nyut-nyutan. Lalu gue mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mengernyitkan kening bingung. Di kamar ini banyak orang. Mulai dari Mami sama Papi, Papa Tio sama Mama Wanda, dan terakhir Pak Andrew. Raut wajah lelah terlihat jelas di muka mereka semua. Mama Wanda yang pertama kali menyadari gue sudah bangun, dia bergagas mengambil air minum di atas nakas dan menyodorkan pada gue. Gue mencoba untuk bangun, tapi gagal. Mami merintah gue agar berbaring saja. Gue hanya mengangguk patuh dan meraih gelas dengan sedotan yang sudah tersedia di gelas itu. Gue dikagetkan dengan tangan kanan yang terpasang infus. Otomatis gue menatap Mami dengan pandangan bertanya-tanya. “Tadi malam kamu demam tinggi. Andrew telpon Mami karena kamu belum siuman