Beruntung Pak Andrew pulang lebih awal. Dia yang baru memasuki kamar kini terpaku di depan pintu. Sedangkan gue hanya bersandar di kasur sambil menatap Pak Andrew balik. Eko, Bagas, Melvan, Arif, dan Devi masih belum sadar dengan kehadirannya. “Apa yang kalian lakukan?” tanyanya dengan suara tajam. Mereka berlima menoleh ke asal suara. Bagas menjerit kaget dan melemparkan ponselnya ke sembarang tempat. Devi gelagapan dan ikut bangkit. Melvan menggaruk pelipisnya. “Anu ... nonton, Pak,” jawabnya canggung. Arif di sebelahnya hanya bungkam. Pak Andrew menarik napas berat. “Saya suruh kalian kemari bukan untuk mengotori rumah. Saya meminta kalian untuk menemani Alea, bukan menyampah!” Wajah Devi terlihat pias di samping gue. Dalam hati gue tertawa ngakak, mampus kalian semua! Mamam tuh om