“Mengenai perjodohan kita,” ucap Zio yang buru-buru berkata, “Jangan memotong ucapanku lagi!” Karena di hadapannya, Lintang sudah memelotot dan nyaris berteriak. Kali ini, gadis itu mendengkus kesal di tengah kesibukannya bersin. “Aku tidak mengharapkan perjodohan itu karena biar bagaimanapun, aku dan Sunny atau itu Sultan ....” Ragu sekaligus malu, Zio menelan salivanya dan menepis tatapan Lintang. Lebih tepatnya, ia tak berani menatap Lintang apalagi ketika akhirnya ia berkata, “Kami besti.” Melalui lirikan, ia mendapati Lintang yang mendadak menahan tawanya. “Dan aku tak mungkin mengkhianatinya,” lanjut Zio. Apa yang Zio katakan membuat Lintang merasakan sedikit kelegaan. “Sebenarnya aku belum membahas ini dengan orang tuaku. Tapi bisa aku pastikan, andai mereka berniat tetap melanj