Bagi Gia, Zio kelewat berbeda hingga pemuda itu terkesan aneh. Zio terlalu pendiam, padahal pemuda berahang tegas itu juga yang menawarinya untuk pulang bersama. Zio dengan suka cita mengantarnya tanpa diminta apalagi dipaksa. Keadaan tersebut membuat Gia tak enak hati. Bukan karena ia marah apalagi kecewa dan ingin menyalahkan Zio, tetapi karena Gia takut, dirinya telah membuat kesalahan. “Zio, maaf ... aku salah, ya?” Gia memberanikan diri untuk bertanya demi meredam rasa penasaran yang juga sampai membuatnya merasa bersalah. Gia terlalu takut melukai orang lain termasuk itu Zio, tanpa Gia sadari. Tanpa bersuara, Zio berangsur menatap serius Gia. Dahi bahkan bibirnya menjadi berkerut. Kenyataan yang juga membuat Gia memipihkan bibirnya saking tegangnya. Karena bagi Gia, tanggapan Zio s