Keesokan harinya, Sahda terlihat menyibukan diri di dalam Dapur yang berada di dalam rumah Uzur. Sahda sendiri terlihat memasak sesuatu masakan yang mungkin sudah lama di rindukan oleh Uzur, Rendang Sapi adalah makanan kesukaan Uzur selama di Indonesia, selama ini Uzur selalu makan makanan khas dari Negara Turki yang sudah lama ia Tinggali sebali tempat Tinggal dirinya. dan saat ini Aroma Rendang itu begitu menusuk indera penciuman Uzur sendiri, "MMMMMMmmmmm, ternyata sumber kekuatan nya disini." Ucap Uzur dengan senyuman melekat di wajahnya.
Sahda membalikkan tubuhnya, mencoba melihat siapa yang datang dengan suara khas tersebut.
"Mmmmmm, Paman Uzurr..."
"Darimana Nada tau bahwa Paman sangat menyukai makanan ini?" Tanya Uzur kembali.
"Sahda mencoba untuk menebak saja Paman, lagipula semalam Sahda berpikir sepertinya Paman menyukai makanan ini." Jawab Sahda dengan senyuman yang terlihat sangat manis.
"Dalam ingatan Paman, kamu memang seperti Razel." Puji nya kembali.
Sahda menundukkan kepalanya, "Bibi Razel lebih baik dari aku Paman, buktinya Bibi masih memiliki Cinta yang begitu besar dari Paman. beruntung sekali menjadi Bibi Razel," Sahut Sahda.
Uzur memalingkan pandangan nya, lalu ia merogoh sesuatu dari dalam dompetnya. wajahnya begitu sendu saat ia menunjukkan sesuatu itu. sebuah foto berukuran kecil yang selalu ia bawa kemanapun terlihst berada di dalam genggaman nya, "Razel selalu membuatkan ku makanan khas Indonesia, salah satunya adalah Rendang yang saat ini sedang kau buat. akan tetapi, setelah kepergian Razel, aku mulai berhenti memakan makanan yang selalu di buatkan Razel, namun aku tidak pernah melupakan cita rasa masakan yang dibuat oleh Istriku." Terangnya pada Sahda.
"Kalau begitu Sahda minta maaf Paman," Ucap sahda dengan Ragu.
"Tidak, mengapa kau meminta maaf padaku Nada," sanggah Uzur, "Tidak mengapa Nada, malah aku sangat berterimakasih karena kau sudah mau memberiku ingatan akan kebahagiaan yang diberikan istriku, Paman sangat menerima Niat baik mu, dan tentunya wangi dari masakan mu membuat Paman merasa sangat lapar."
Sahda tersenyum tipis saat mendengar kalimat yang di ucapkan Uzur. "Cepatlah sajikan Olahan daging rendang yang saat ini sedang kau buat, Paman sudah tidak sabar ingin menikmati Rendang buatan mu itu." Ucap Uzur kembali.
Sembari tersenyum, Sahda menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Paman, tunggu sebentar ya."
Tak membutuhkan waktu yang lama, Sahda pun segera menyiapkan makanan tersebut. Emet, seorang pelayan yang sudah bekerja selama 25 Tahun lamanya pun terlihat begitu bahagia saat melihat Tuan nya yang selama ini selalu terlihat murung itu menunjukkan rasa bahagia nya.
"Özlemek Sahda," Panggilnya dengan suara pelan, kebetulan Sahda tidak banyak berbincang bersama Emet. Alasan nya karena Sahda tidak mampu berbahasa Turki dengan baik, Sahda hanya membalasnya dengan senyuman.
"Uzur bey'i tekrar gülümsettiğiniz için teşekkürler." ucap Emet.
Sahda terlihat kebingungan mendengar kalimat yang di ucapkan Emet,
Emet pun tersenyum, ia menarik tangan Sahda lalu menepuk punggung tangan milik Sahda.
"Cevap vermeme gerek yok çünkü kafanın karıştığını biliyorum, gülümse. bu bana yeter" Ucap Emet sembari tersenyum manis, Sahda tahu bahwa Emet sedang mengucapkan rasa terimakasih nya kepada dirinya. walaupun Sahda tidak tahu arti dari kalimat yang di ucapkan Emrt, akan tetapi bahasa tubuh Emet menunjukkan hal itu.
Emet pun beralih membantu Sahda menyiapkan keperluan makan siang lainnya, Dendi yang saat itu datang pun segera memeluk Sahda dari belakang.
"Aku bingung dengan kalimat yang di ucapkan Bibi Emet," Keluh Sahda sembari tetap Asyik memberikan penyedap rasa pada olahan daging tersebut.
Dendi tersenyum, lalu menggeserkan tubuhnya dan bersandar di samping meja temoat Sahda memasak.
"Tadi Bibi Emet mengatakan bahwa dirinya berterimakasih karena kamu lah, Paman Uzur bisa tersenyum kembali." Jawab Dendi, "Lalu ia mengatakan, bahwa Bibi Emet tahu jika kamu merasa bingung dengan kalimat yang di ucapkan BIbi emet. dan Bibi Emet hanya meminta mu tersenyum karena dengan senyuman mu saja membuat hatinya merasa tenang." Lanjut Dendi.
"Aku merasa betah tinggal disini," celetuk Sahda, "Mengurus Paman yang sangat menyayangi kamu, membawa Umi Edah dan berkumpul bersama aku, kamu dan Umma." Tambah Sahda.
"Rasanya bahagia sekali," Tambah Sahda kembali.
"Berdoa saja agar Aku secepatnya di Tugaskan disini kembali," Timpal Dendi, "Semoga saja keinginan kamu dapat terwujud, karena bagiku mustahil jika Umi mau tinggal Di Turki." Tambah Dendi.
"Turki kan tempat yang sangat Indah," Ucap Sahda kembali.
"Tapi bagi Umi Indonesia adalah tempat Favoritnya, adapun Umi mau pindah pastinya ke Saudi Arabia." Ujar Dendi kembali, "Karena jika disana, Umi bisa setiap hari mendatangi makam Abi." Lanjut Dendi, wajahnya sendu. Sahda memegang kedua pipi suaminya, lalu tersenyum dan membuat Dendi membalas senyuman manisnya.
Tak berselang lama, makanan pun sudah disajikan. Uzur terlihat sudah duduk dengan santgai di atas kursi meja makan Favorit nya, senyuman manis nya pun sudah ia tunjukkan disana. Dera maupun Dendi begitu Takjub menatap wajah Paman yang sangat mereka sayangi itu.
"Duduklah Nak," Pinta Uzur kepada Dendi dan Dera.
"Baik Paman," Ucap Dendi dan Dera, "Ibu Sahda kemana?" Tanya Uzur kembali.
Hari ini menjadi hari yang sangat baik untuk Uzur, hal itu sangat terlihat sekali raut wajah yang merasa sangat bahagia, Sahda terlihat berjalan menuju meja makan di ikuti oleh Risna dan bayi mungil yang sedang berada di dalam gendongan nya.
"Duduklah, kapan lagi Paman bisa merasakan makanan Favorit Paman ini." Ucap nya dengan penuh semangat, "Paman begitu sangat bahagia karena akan memakan makanan yang sudah lama sekali Paman tidak nikmati," Lanjutnya, semua orang merasa senang melihat Uzur yang begitu terlihat bahagia. Sahda pun berdiri dan memulai memberikan nasi pada setiap piring kosong yang berada di hadapan mereka, Lalu Ia menuangkan beberapa masakan yang sudah ia masak sebelumnya. suapan pertaman mulai di nikmati Uzur, makanan ini memang sangat lesat baginya. terlihat sekali bagaimana ia menikmati setiap gigitan yang ia kunyah, "Apa kata Paman makanan yang kau buat pun begitu sangat mirip dengan makanan yang di buat oleh Razel." Puji nya
"Dan apa kata Paman, Paman tidak pernah melupakan Cita rasa masakan yang dibuat oleh Tangan Razel," Celetuknya kembali.
Dendi yang juga mengingat makanan yang selalu dibuat Razel pun terlihat menikmati makanan tersebut.
"Ya, Paman benar. makanan ini memang benar-benar mirip dengan masakan yang selalu bibi buat."
"Kau ingat Den?" Tanya Dera.
"Jelas aku ingat Dera, sewaktu Bibi mengandung Nada. aku tinggal disini dan usia ku sudah berusia 7 Tahun."
"Mmmm. Pantas saja ingatan tua mu masih bisa berfungsi." celetuk Dera.
"Dera....." teriak kecil Dendi.
"Ya karena waktu itu kamu masih kecil Dera, mungkin usia mu baru 4 atau 5 tahun." Jawab Uzur.
"Tapi, walaupun saat itu aku masih kecil. aku masih ingat kalau Bibi Razel selalu membuatkan ku Eskrim warna warni dengan topping Strawberry di atasnya." Ujar Dera yang tidak mau kalah.
"Beruntung sekali kalian sempat mengenal Bibi Razel, baru mendengar namanya saja dan mendengar ceritanya membuat hatiku merasa bahagia." Sahut Sahda.
"Kau bisa lebih dekat dengan nya Sahda," ucap Uzur
"Benarkah Paman? Caranya bagaimana?" Tanya Sahda.
Diam-diam Uzur menyelipkan tangan nya, ia terlihat merogoh sesuatu dari dalam saku celananya. seebuah kotak perhiasan yang terlihat terukir sangat antik itu ditunjukkan olehnya di hadapan Sahda dan lainnya. lalu ia tersenyum sembari menatap wajah Dendi, "Berikanlah ini pada istrimu, kalung ini adalah kalung pernikahan ku dengan Razel." Ucap Uzur dengan suara terbata menahan tangis miliknya.
"Paman, aku tidak bisa menerima ini." Ucap Dendi, "Ini terlalu mahal bagi kami, dan ini adalah barang Bibi Razel." Tolak Dendi dengan nada yang sangat pelan.
"Kau tidak boleh menolaknya Nak, aku ikhlas memberikan ini pada kamu dan istri mu." Ujar Uzur kembali, "Dahulu, Razel selalu meminta ku agar memberikan kalung ini sebagai hadiah pernikahan putri kami. dan saat ini anggap saja aku memberikan hadiah pernikahan kepada anak ku Sahda," Air matanya mengalir saat ia mengatakan hal itu, ia tak dapat menutupi perasaan sedihnya saat ini.
Dendi menundukkan kepalanya, lalu Uzur menarik tangan milik Dendi. Dendi menatap nya dengan tatapan sendu, Uzur pun terlihat memaksa dan pada akhirnya Dendi pun menerima kalung yang di berikan Uzur.
Dendi beralih dari tempat duduk nya, ia memeluk sang Paman tersebut dengan sangat erat. ia menangis di dalam pelukan Uzur, "Terimakasih Paman, terimakasih karena sudah menjadi pengganti Abi untuk Dendi. Dendi janji tidak akan pernah melupakan semua nasihat yang diberikan oleh Paman kepada Dendi." Ungkap Dendi sembari menangis tersedu-sedu.
"Ingat Nasihat Paman ya Dendi, bukanlah lelaki sejati jika menyakiti hati seorang Istri." Ucap Uzur, Dendi menganggukkan kepalanya, lalu Uzur mengusap pelan kepala milik Dendi.
"Paman, Terimakasih atas kebaikan Paman selama ini. Sahda sangat beruntung dapat mengenal Paman dengan baik." Ucap Sahda, "Semoga Allah Subhanahuwata'alla memberikan Paman kesehatan selalu. Dan mungkin Sahda akan selalu merindukan Paman." Ungkap Sahda.
"Paman pun begitu Nada," balasnya sembari tersenyum, "Next saat kalian bertemu Paman, Paman ingin sekali melihat bayi mungil di dalam perut mu. Semoga Allah memberikan kalian anak-anak yang shalih dan shalihah." Tambahnya.