AIR MATA SAHDA SEASON 2 - CHAPTER 16

1322 Kata
Kecerian pun hadir manakala mereka menikmati makan malam yang sudah di siapkan oleh Uzur, Uzur memang sangat ramah. Siapapun yang menjadi tamu di dalam penginapan nya selalu di berikan jamuan-jamuan yang sangat lezat, bahkan Uzur tidak sungkan untuk menemani dan bercengkramah dengan siapapun. Sahda terlihat tersenyum, “Paman Uzur, jika nanti Paman Uzur memiliki waktu . Apakah Paman Uzur bersedia untuk datang dan menginap di rumah kami?” tanya Sahda. “Tentu saja Nada..” Sahda tersenyum manakala Uzur memanggil nya dengan sebutan nada. “Paman, namanya Sahda.” ucap Dera. “Iya Der, Paman tahu. Paman hanya ingin memanggilnya dengan sebutan Nada,” Dendi menatap kearah wajah Uzur. Lalu ia bertanya pada Uzur, “Jika boleh tahu, mengapa Paman memanggil istriku dengan sebutan Nada?” Saat mendengar pertanyaan dari Dendi, Uzur pun tersenyum. Ia mengubah posisi duduknya, menyimpan kepalan tangannya di bawah dagu. Lalu kembali menatap Dendi dan orang-orang yang berada di atas meja makan tersebut, Dendi pun tersenyum membalas senyuman Uzur. “Dia seperti anak ku, aku memanggilnya dengan sebutan Nada. Walaupun sebenarnya anak ku bernama Sahma Aidanada,” jawab Uzur, “Nada adalah sebuah alunan yang mungkin akan merasa bahagia jika orang mendengarnya, seperti apapun yang dikatakan istrimu. Kalimat yang keluar dari bibirnya ku dengar sangat menarik, bahkan nada bicaranya terdengar sangat lembut.” terang Uzur kembali. “Dan dahulu, harapan itu muncul dimana saat istriku mengandung. Apalagi saat aku mengetahui bahwa anak ku memiliki jenis kelamin perempuan, dan aku bertekad akan memberikan nama nada, sesuai harapan ku. Ia berbicara dengan nada yang baik,” terang Uzur kembali. “Hmmmm’ Itulah yang membuatku menyukainya Paman. Sahda memang selalu berbicara dengan baik, bahkan tutur katanya sangat lembut.” “Mas… jangan memuji ku seperti itu.” “Itu bukan memuji Sahda, tapi memang kenyataan nya seperti itu.” Timpal Dera. Sahda pun menunduk malu, “Sahda bolehkan Paman bertanya?” tanya Uzur. “Boleh Paman, tanyakan saja.” “Berapa usia mu saat ini?” tanya Uzur. “Tahun ini aku memasuki usia 25 Tahun paman,” Jawab Sahda sembari tersenyum, “Sahda merasa di usia ini belum maksimal menjadi wanita Dewasa, Sahda masih saja sering mengeluh karena merasa tidak pernah dewasa.” Dendi menarik tangannya, “Kamu salah sayang, bahkan kedewasaan kamu melebihi segalanya. Kamu itu wanita yang sangat sempurna di mataku,” Sahda tersenyum dan menundukkan kepalanya. Air mata Uzur terlihat menetes, ia pun segera menyeja air mata tersebut. “Paman, Paman kenapa?” tanya Sahda, “Mengapa Paman menangis?” tanya Sahda kembali. “Paman benar-benar merasa seakan melihat sosok anak gadis Paman, anak gadis yang selalu Paman impikan hidup bahagia bersama Paman juga ibunya." Sahut Uzur, mata nya terlihat menahan sebuah rasa sedih yang teramat dalam.  Sahda menunduk, seketika ia mencoba menyembunyikan rasa kesedihan nya. Uzur tersenyum sembari menatap lama kearah Sahda, "Izinkan Paman menganggap mu sebagai anak Paman, anak gadis Paman yang selalu Paman impikan. Izinkan Paman memanggil mu Nada bukan Sahda." lirihnya sembari menangis, tangisan nya bak meratapi rasa sakit akan kehilangan anak serta istri tercintanya. Hati Sahda seakan teriris mendengar semua kalimat yang di ucapkan Uzur. tangisan itu semakin terisak saat gambaran anak bayi yang mungkin jika hidup saat ini sudah seusia Sahda, "maaf jika Paman sudah lancang terhadap mu Nak,' Ia mengatupkan kedua tangan nya. air matanya tak sengaja menetes, ia juga terlihat tak menyembunyikan air mata tersebut. Sahda sendiri beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Uzur yang duduk dengan tidak jauh dari hadapan nya, "Paman...." Sahda menatap Uzur lebih dalam, ia memengang tangan Uzur yang terlihat masih mengatupkan kedua tangannya. sahda tersenyum sembari menatap wajah Uzur, "Paman, Aku tahu semua memang sangat menyakitkan. semua yang terjadi di dalam kehidupan Paman adalah hal yang sangat luar biasa, bahkan Sahda sendiri tidak akan sanggup membayangkan jika hal itu terjadi terhadap Sahda," Ujar Sahda kembali. "Sahda juga merasakan hal yang sama seperti Paman, Sahda harus kehilangan Baba. orang yang mungkin selama ini tak pernah terpikirkan oleh Sahda akan pergi dengan cepat. bahkan Baba adalah orang yang sangat mencintai anak serta istrinya secara tulus seperti Paman, dan saat ini Sahda melihat sosok Baba kembali. Sahda melihat sosok Baba di dalam diri Paman.." ungkapnya sembari menangis, "Izinkan juga Sahda menganggap Paman seperti Baba Sahda sendiri, izinkan Sahda menjadi anak Paman." Ucapkan sembari terisak, dengan sikap yang sopan nan lemah lembut Sahda meminta hal yang sangat luar biasa kepada Uzur. dan Hal itu membuat Dendi maupun Dera menatap kagum kearah Sahda. Uzur pun beranjak dari tempat duduknya, berdiri saling berhadapan bersama Sahda yang kini ia anggap sebagai putri kandungnya sendiri, Uzur tersenyum dan tanpa rasa canggung Sahda pun mengusap air mata Uzur.  "Lihat lah Dendi, kau memang sangat beruntung karena telah memilih gadis baik nan Cantik ini untuk kau jadikan istri mu. maka dari itu cintai dan sayangi istri sebaik mungkin, kau harus menjadikan nya satu-satunya wanita yang akan menjadi bidadari surga mu, Paman tidak akan pernah merelakan mu menyakiti dirinya." ucap Uzur, Uzur memberikan tangan nya untuk Dendi. lalu Dendi menerima uluran tangan Uzur dan berdiri bersama-sama dengan kedua orang yang sangat ia sayangi. setelah itu, Dendi memeluk kedua nya dan merasakan kehangat rasa sayang yang diberikan Uzur kepada dirinya juga Sahda. Uzur memang sosok Paman yang sangat di sayangi DEndi, bahkan seorang Fathur saja sangat menghormati dan menyayangi sosok Uzur. Sikap yang tulus yang dimiliki Uzur terhadap anak-anak membuat mereka juga menyayanginya dengan tulus, bahkan sosok Uzur adalah sosok orang yang sangat mereka kagumi semasa mereka kecil. kebahagiaan itu telah tercurah, senyuman menawan pun di tunjukan Uzur kepada meeka yang menyanksikan kisah sedih Uzur terhadap Sahda. Dera yang saat itu memperhatikan kebahagiaan Uzur pun ikut meneteskan air mata, begitupun dengan Risna yang ikut meneteskan air mata kebahagiaan anak nya. "Mulai saat ini Sahda akan memanggil Paman dengan sebutan Abi,' Ucap Sahda, "Bolehkah Paman?" Tanya Sahda. "Paman sangat bahagia, Apapun yang kau ucapkan Paman akan meyukai hal itu." Sahut Uzur. "Kalau begitu Dendi dan Dera juga akan memanggil mu dengan sebutan Abi juga," Celetuk Dera sembari menatap Dendi, Dendi pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap Uzur. :Baiklah, mungkin hari ini memang Tuhan sedang memberikan kebahagiaan untuk Abi muda mu kalian ini." Ucapkan sembari tertawa dengan kecil, mereka pun ikut tertawa bersama-sama lalu melanjutkan makan malam kembali bersama. mereka menghabiskan makan malam dengan penuh suka dan cita, tak sedikit Uzur menceritakan masa kecil Dendi dan Dera. bahkan Uzur menceritakan betapa bahagia nya Uzur atas kelahiran Dendi maupun Dera, rasa bahagia akan sikap baik yang di miliki kedua kakak adik ini lah yang membuat Uzur sangat menyayangi kedua nya. "Abi Uzur, kalau begitu kapan;kapan maukah kau datang dan menginap untuk beberapa lama  di Indonesia?" Tanya Sahda kepadas Uzur. dengan senang hati Uzur pun menjawab, "Mungkin kedepan nya Indonesia akan menjadi tempat istimewa lagi untuk Abi anak ku," Ucap Uzur sembari tersenyum. "Iya Abi Muda ini bisa bermain bersama Cucu-cucu Abi disana." timpal Dendi. "Betapa bahagia sekali Abi mendengarnya Nak," Sahut Uzur kembali. "Kalau begitu Umi Edah pasti akan merasa bahagia melihat adiknya yang selalu ia rindukan pulang," Timpal Dera kembali> Sahda tersenyum, "Dan hal ini akan menjadi hal yang sangat membahagiakan bagi Umi Edah,"  "Iya betul sekali sayang,," Sahut Dendi kembali. Dendi tersenyum dengan sangat manis, "Hmmmm, Aku sangat merindukan sosoknya, aku juga rindu melihat nya tersenyum bahagia." Dera menatap wajah Uzur lalu menunduk seketika, "Semenjak kematian Abi, Umi juga selalu setia mendoakan Abi. Umi selalu mengatakan bahwa dirinya akan bertemu dengan Abi kembali," Ujar Dera. "Iya Umi kalian memang sangat luar biasa," "Ya Abi muda, Dera juga berpikir sangat beruntung memiliki Umi Edah." Sahut Dera, "Umi selalu memperlakukan sama antara Dera dan Dendi, walaupun sebenarnya..." Dendi menatapnya dengan lekat, "Dera aku mohon ini terakhir kalinya kau membedakan antara aku dan  kamu, kita sama. kita sama-sama anak dari Abi dan Umi," Dera menundukkan kepalanya, ia merasa menyesal dengan apa yang sudah ia katakan sebelumnya. "Ma-maafkan aku Dendi.." Dendi menepuk tangannya, "Sudahlah lupakan, kau tetap adik kesayangan ku. selamanya dan tidak akan pernah berubah," jawab Dendi kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN