AIR MATA SAHDA SEASON 2 - CHAPTER 11

1099 Kata
Hari demi hari kebahagiaan itu semakin terasa nyata, hari-hari yang di lalui semasa berbulan madu semakin membuat keduanya mengungkapkan rasa cintanya masing-masing. Malam itu Dendi terlihat sedang duduk dengan kopi dan sebuah buku bertema islami ditangan nya, Dendi memang senang sekali membaca buku bertemakan islami. Sahda sendiri terlihat menyibukan diri menyiapkan pakaian yang akan dipakai Dendi untuk perjalanan nya esok pagi, Dendi memperhatikan istrinya dari jauh. Dia tersenyum sembari mengusap pelan d**a miliknya, “Alhamdulilah Ya Allah,” ucapnya sembari menatap wajah Sahda, Sahda sendiri menoleh kearah suaminya. “Kenapa Mas?” tanya Sahda dengan pelan. “Gak apa-apa sayang, Mas bahagia aja lihat Sahda.” “Mas jangan gombal terus dong, Sahda malu nih.” keluh Sahsa sembari menghampiri suaminya, Sahda duduk di samping tubuh suaminya itu sedari tadi duduk. Ia mengusap pelan wajah suaminya, “Ya Allah haramkan lah suami hamba juga kedua orang tua hamba dan mertua hamba juga orang-orang yang Sahda kasihi, sayangi dari panasnya api neraka.” “Aaamiin Allahuma Aamiin..” ucap Dendi bersama-sama dengan Sahda, Dendi mengecup kening Sahda perlahan. “Kalau misalnya Mas memperpanjang masa cuti Mas boleh gak?” tanya Dendi, Sahda menunduk. Ia enggan menolak, namun hatinya seakan tidak ingin berlama-lama disana. Bukan karena merasa tidak bahagia, namun wajah Umi dan anak asuhnya itu selalu melintas di dalam bayangan nya. “Umi gak betah ya disini?” Sahda menatap suaminya, “Mas panggil Sahda apa?” “Umi, kenapa?” tanya Dendi. “Gak apa sayang, Umi seneng dengernya bi.” jawab nya malu-malu. “Tadi Abi lagi tanya loh Mi?” ucap Dendi kembali. “Umi sih terserah abi aja,” jawab Sahda kembali. Dendi tersenyum, “Abi gak mau paksa Umi, jadi kalau Umi mau, Abi kabari pihak kantor.” Sahda terlihat kebingungan dengan pertanyaan yang diberikan suaminya, Sahda tersenyum tipis. Namun, bukan Dendi jika tidak mengerti dengan apa yang di tunjukkan istrinya. Dendi pun tersenyum, ia mengusap ujung kepala istrinya. Lalu, ia mencubit kecil hidung milik Sahda. “Abi tau kok jawaban Umi, gak apa-apa sayang. Gak usah bingung, Umi pasti merasa rindu kepada Umma dan Azkia kan?” tanya Dendi. Sahda menarik tangan suaminya, “Gak apa kan?” tanya Sahda. “Gak apa-apa sayang,” Jawab nya sembari tersenyum. Sahda menunduk, ia begitu tak tega mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan orang-orang rumah. Namun, Dendi memang sosok lelaki yang sangat pengertian baginya. “Aku tau kamu sangat merindukan orang rumah, aku juha tau kalau kamu merasa bahagia berada disini bersama ku.” ucap Dendi di dalam hati, Dendi mengerti keinginan Sahda. Berbeda dengan Sahda, “Aku bahagia dengan pengertian yang kamu berikan padaku suamiku, aku sangat bahagia memiliki mu. Sampai kapan pun aku akan merasa bahagia karena memiliki mu,” ucapnya dalam hati. Keesokan harinya, Dendi sudah terbangun terlebih dahulu. Ia sengaja keluar dari dalam Kamar dengan membawa ponsel pribadinya, ia berniat untuk menghubungi ibu mertuanya. “Halo, Assalamualaikum Umma.” “Waalaikum salam Nak Dendi, gimana kabarnya disana?” tanya Risna kepada menantunya itu. “Alhamdulilah Umma kami disini sangat baik, Umma gimana kabarnya di sana?” tanya Dendi balik. “Alhamdulilah baik Nak, Sahda kemana Nak?” “Sahda ada di kamar Umma, Dendi memang sengaja menghubungi Umma diam-diam.” “Nah loh, Ada apa Nak?” tanya Risna kembali. “Begini Umma, Dendi sudah memperpanjang masa cuti Dendi. Tadinya Dendi mau memperpanjang liburan Dendi disini, tapi sepertinya tidak jadi karena Sahda terlihat merindukan sosok Umma dan Azkia.” terang Dendi, “Dendi juga gak tega Umma sama Sahda,” tambah Dendi. “Aduh Nak, biar nanti Umma saja yang beritahu Sahda. Umma disini baik-baik saja kok Nak, malah Umma senang jika Nak Dendi dan Sahda bahagia disana.” balas Risna. Dendi tersenyum, “Tidak usah Umma, biar Dendi saja yang memberikan Sahda kejutan dengan kehadiran Umma disini.” “Maksud Nak Dendi bagaimana?” tanya Risna. “Dendi mau mengajak Umma kesini dengan Azkia, sebelumnya juga Dendi sudah meminta ijin pada Umi Edah dan sempat mengajaknya. Namun, Umi Edah sudah memiliki janji untuk mengisi acara taklim.” Jelas Dendi, “Kalau memungkin Umma mau, Esok sahabat Dendi akan menjemput Umma dan Azkia.” serunya. “Apakah Umi nantinya tidak mengganggu kalian?” tanya Risna kembali. “Tidak Umma, Justru Dendi senang jika Umma bisa memberikan kejutan untuk Sahda.” “Baiklah Nak Dendi, Umma besok tunggu sahabat Nak Dendi ya.” serunya. . . . Haripun kembali berganti, esok hari sahabat dari Dendi pun sudah berada di dalam perjalanan. Kebetulan ia juga sudah memberikan bantuan untuk mengurus segala keperluan Risna. Ting! “Sebentar,” sahut Una dari dalam, Una pun segera membuka pintu utama rumah tersebut. “Assallamualaikum Umi,” Una mengerutkan dahi miliknya, ia mencoba memutar ingatan mengenai sosok di hadapannya itu. “Umi, ini Dera.” ucapnya sembari menyodorkan tangan sebelah kanannya, ia mencium punggung tangan miliknya. “Ya Tuhan, Dera...” Una memeluk Dera, Dera adalah sosok anak asuhnya terdahulu. Lebih tepatnya Dera adalah sahabat dari Dendi dan Fathur, Dera yang kini menjadi Dokter di sebuah rumah sakit itupun sudah sangat lama tidak berjumpa dengan sosok Una. “Masuk Dera, Apa kabar kamu?” tanya Una. “Alhamdulilah Umi baik, Umi sendiri bagaimana kabarnya?” “Baik juga Nak,” “Umi Maaf Dera belum sempat menjenguk Fathur,” “Iya Nak tidak apa-apa, Oh iya ada apa Nak kesini pagi-pagi?” “Apa Dendi tidak bercerita apapun pada Umi Una?” tanya Dera. “Belum Nak,” “Begini Umi, Dendi meminta Dera untuk mengantar Umi dari istrinya untuk memberikan kejutan kepada Istri dari Dendi.” “Maksud Nak Dera, Nak Dera mau menjemput Umi Risna dan mengajaknya ke Turki?” tanya Una. “Iya Umi,” “Oh begitu, sebentar ya Nak biar Umi panggilkan dulu Umma Risna.” “Baik Umi,” Dera pun menunggu kedatangan Risna, dan beberapa saat kemudian Risna pun datang bersama Azkia. Dera tersenyum dan segera mencium punggung tangan dari Risna, Una pun segera membantu Risna untuk menyiapkan segala keperluan nya. Risna mencoba menatap wajah Dera lebih dekat, Risna menilik lekuk wajahnya tersebut. “Sepertinya Umma pernah melihat nak Dera,” “Dera sahabat Dendi dan Fathur Umma, waktu pernikahan Fathur dan Sahda, Dera datang. Tetapi waktu Dendi menikah dengan Sahda Dera sendiri sedang berada di luar Negeri,” Terang Dera. “Oh iya Umma ingat, Makasih ya Nak sudah mau membantu Nak Dendi untuk memberikan kejutan pada Anak Ummi.” seru nya. “Iya Umi, jangan sungkan ya Umi. Dera senang kok kalau bisa membantu Umi dan Semuanya,” “Makasih ya Nak,” Mereka pun segera pergi menuju Turki bersama-sama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN