AIR MATA SAHDA SEASON 2 - CHAPTER 12

1771 Kata
Bentang alam yang mempesona, pasar yang sangat semarak, kafe-kafe yang ramai dan tempat-tempat wisata lainnya disana sudah dikunjungi Sahda dan Dendi. Sahda begitu terlihat sangat bahagia, apalagi Dendi selalu memanjakan dirinya. Pagi itu, Setelah beribadah solat subuh. Sahda masih tertidur dengan sangat pulas, Sahda tidak tau bahwa suaminya akan memberikan kejutan hebat hari ini. Dendi yang saat itu sudah terbangun hanya terdiam memandangi wajah cantik istrinya, senyuman nya begitu melekat hingga senyuman manis itu tertular pada wajah Sahda yang saat ini terlelap dalam tidurnya. “Mmmm, lagi tidur kok ya senyum Ndok ku.” ucap Dendi sembari mengusap pelan wajah istrinya, “Cantiknya, Ayu nya istriku. Semoga wajah mu ini selalu di nantikan oleh penghuni-penghuni surga,” Cup! Ia mengecup kening serta pipi milik Sahda. Sahda terkejut lalu terbangun dari tidurnya, “Suamiku,” ucap Sahda sembari membuka setengah matanya, “Mmmm, mau kemana sih?” Tanya nya sembari tersenyum. “Aku baru aja mau ke kamar mandi, tidur lagi sana. Kamu pasti masih mengantuk,” ucap Dendi. Sahda menggelengkan kepalanya, “Enggak, aku gak ngantuk.” “Masih mau jalan-jalan?” tanya Dendi. Sahda tersenyum, “Enggak juga, Sahda mau berduaan disini sama Mas Dendi.” ucapnya dengan manja. “Tapi Mas pingin banget datangi suatu tempat penuh sejarah buat Mas,” celetuk Dendi sembari menatap keatas plafon kamar hotel, “Mmm, tapi kalau Sahda mau istirahat gak apa-apa sih.” Ucapnya kembali. “Mmmm-mmmm,” Sahda seolah berpikir, namun bukanlah Sahda jika niat baiknya hanya untuk membuat suami nya itu merasa senang dan bahagia. “Sahda mandi dulu kalau gitu,” ucap nya sembari beranjak dari tempat tidur. “Gak mau.. Eheum dulu.” ucap Dendi malu-malu. “Mas…” tanpa berkata apapun, Dendi segera menindih tubuh mungil Sahda. Lalu ia merebahkan nya di bawah tubuhnya, ia mengecup leher milik Sahda dan memberikan sentuhan demi sentuhan terbaiknya. Sahda dan Dendi sudah tidak malu-malu lagi, apalagi selama di Turki waktu mereka untuk berdua sangatlah banyak. Namun Dendi tidak seperti sosok suami lainnya yang selalu memaksakan diri jika ia mau, Dendi selalu bertanya mengenai kesiapan Sahda dan apakah Sahda sedang malas atau tidak. Dan bagusnya, Sahda tidak pernah menolak dengan ajak Dendi, ia selalu merasa apapun yang ia lakukan untuk suaminya adalah sebuah ibadah agar lebih dekat dengan Allah SWT. Di tempat lain, Dera, Sahabat dari Dendi masih berada di dalam perjalanan. Dera yang saat ini bersama Risna pun terlihat menjaga Risna dan Azkia dengan baik. Dan selama di perjalanan, Dera terlihat sangat akrab dengan Risna. Dera sendiri sangat mengenal baik sosok Sahda, apalagi saat Sahda menikah dengan sosok Fathur, Diam-diam Dera tidak menyetujui pernikahan itu. “Nak Dera sudah lama ya kerja di Turki?” “Ah enggak Umi, Dera baru satu tahun terakhir ini. Sebenarnya Dera sudah di alihkan kembali ke Indonesia Umi,” “Oh begitu, Lalu kenapa Nak Dera mau mengantar atau menjemput Umi ke Turki?” tanya Risna. “Oh masalah itu, Dera kan sahabat baik Dendi. Lagipula Dera juga masih ada urusan di Turki. Kebetulan Dendi kemarin kabari Dera kalau Dendi memperpanjang masa Cuti bulan madunya,” terangnya dengan ramah, “Ya sekalian aja Dera kasih Ide ini,” tambah Dera. “Memangnya Nak Dendi berapa lama di Turki?” tanya Risna kembali. “Kata Dendi sih masih dua minggu lagi, Dendi juga katanya ingin ajak Umi jalan-jalan disana.” “Makasih ya Nak Dera sudah mau ajak Umi untuk menemui menantu dan anak Umi di sana.” “Sama-sama Umi, Dera itu anak asuh nya Umi Edah. Jadi sama Dendi udah kaya Kakak dan Adik,” ucap Dera sembari menunjukkan sebuah senyuman yang sangat tampan, “Jadi Umi jangan sungkan-sungkan ya sama Dera,” ucap Dera kembali. “Ya Nak Dera. Duh Umi senang kalau kaya gini, Umi jadi merasa memiliki anak kembali.” jawab Risna sembari membalas senyuman Dera. Perjalanan yang cukup panjang bagi keduanya, dan selama di dalam perjalanan, bayi Azkia sama sekali tidak rewel. Ia benar-benar sangat baik dan perjalanan tersebut terasa menyenangkan bagi anak bayi berusia dua bulan itu. “Ini anak Sahra ya Umi?” “Dera kenal Sahra?” tanya Dera “Kenal Umi,” jawab Dera kembali. Ia memutar ingatan nya kembali, Sahra adalah sosok wanita yang sempat ia benci. Apalagi hubungan Sahra dan Fathur sangat ia ketahui, dan hal itulah penyebab mengapa Dera sempat tidak menyukai pernikahan yanh dibangun oleh Sahda dan Fathur. Bahkan Dera selalu menyalahkan Dendi atas pernikahan itu, Dera juga sempat merasa kesal kepada Dendi karena tidak mau membongkar kebusukan adik sepupunya itu. Dalam hatinya berucap, “Jelas lah gw tau, orang busuknya Sahra aja hadir di depan mata gw! Syukur kalau emang dia udah mati!” Ia kembali mengingat kemesraan yang ditunjukkan Fathur dihadapan dirinya, apalagi selama pergi keluar rumah, Sahra kerap membuka hijab yang menutupi kepalanya. Ia juga sempat berada di tongkrongan yang sama dan tentunya Dera melihat betapa buruknya sikap Sahra. Ia meminta Risna untuk menggendong Anak dari Sahra sendiri, “Nak, semoga kau tidak seperti ibu mu.” bisiknya dengan pelan. “Anak manis,” ucapnya sembari menggendong Azkia. “Nak Dera, apakah perjalanan kita masih lama.” “Tidak umi, sebentar lagi sampai.” “Syukurlah, selama di pesawat tadi badan Umi pegal-pegal.” “Ya Umi, tadinya Dera mau pesan Tiket yang bagus. Tapi semua penuh, jadi Dera pesan tiket Ekonomi. Maaf ya Umi,” “Ih gak apa-apa Nak, Umi tuh ya udah di ajak kesini aja udah seneng.” Balasnya sembari tersenyum. Perjalanan pun hampir selesai, Dera sengaja mengajak Risna ke tempat yang sudah ia siapkan untuk memberikan sebuah kejutan kepada Sahda. Risna sendiri merasa kebingungan dengan tempat yang terlihat seperti bangunan Mesjid kuno, tapi pemandangan yang di suguhkan sangat amat indah. “Ini di mana Nak Dera?” tanya Risna. “Ini Mesjid kuno yang sangat popular Umi,” “Kita ketemu disini sama Sahda dan Nak Dendi,” “Iya Umi.” Risna pun tersenyum, “Ya Tuhan, ini mesjid yang sangat ingin di kunjungi Baba. Dulu semasa hidup Baba selalu ingin berlibur bersama kami Ke Turki, tapi belum sempat tercapai Baba sudah meninggalkan kami.” terang Risna dengan riang. “Tapi kan Baba sama Umi diam-diam sudah naik Haji,” Celetuk Dera. “Iya Alhamdulilah, itu juga Sahda yang memberikan nya pada Baba. Sahda dapat gratis naik Haji, eh dikasih kan ke Baba. Terus Umi bayat tiket juga dikasih uangnya sama Sahda, katanya hasil nabung dari kecil sampai kerja.” terang Risna kembali, “Bersyukur sekali Umma punya anak kaya Sahda,” “Alhamdulilah, semoga Dera juga mendapatkan istri sebaik dan secantik Sahda ya Umi.” Risna pun tersenyum lalu mengusap pelan bahu milik Dera, “Umi pasti doakan kebaikan selalu mendekati Nak Dera,” “Aaamiin Umi,” “Umi ingat ini Masjid terpopuler di negara ini, Masjid ini menjadi destinasi andalan Di Turki. Baba selalu bilang kalau hiasan di Masjid ini berbau tulisan-tulisan arab terbaik, Masjid ini juga sempat di Fungsikan sebagai bangunan Hagia sophia atau bisa di bilang sebuah museum yang banyak sekali menyimpan cerita bersejarah di sini.” terangnya dengan raut wajah gembira, ia menatap sekeliling bangunan megah nan kuno itu. Air matanya menetes mengingat bahwa suaminya sangat ingin menginjakan kakinya di Tempat tersebut, “Baba, Umma ada disini. Andai saja Baba masih hidup, Umma dan Sahda akan merasa bahagia karena bisa mengajak Baba kesini.” ia berbicara seorang diri, air matanya menetes dengan sempurna. “Umma…” Suara itu tidak asing baginya, Ia pun menoleh dan menatap siapa orang yang sedang memanggilnya. Tak berselang lama, ia tersenyum dengan sangat manis dan menghampiri wanita yang baru saja memanggil dirinya. “Loh kalian disini Toh?” tanya Risna pada dua orang yang sama sekali tidak asing baginya. “Iya Umma, Retno lagi nemenin Mas Adi untuk mengurus kerjaan nya disini.” Ucap Retno sembari memeluk dan mengecup pipi kiri serta pipi kanan milik Risna. Adi pun bertanya, “Kami juga sempat mendengar Sahda dan Dendi sedang berbulan madu di Negara ini, tapi kami belum sempat bertemu mereka. Apakah mereka ada disini?” tanya Adi. “Iya, Kebetulan mereka sedang disini. Umma di minta datang untuk memberikan kejutan kepada Sahda,” “Ahh begitu,” balas Retno sembari tersenyum, Adi melihat sosok lelaki di belakang Risna yang terlihat sedang menggendong anak kandungnya itu. “Dera..” Panggil Adi. “Hey Mas Adi..” Dera pun menghampiri Adi, ia memberikan tangan kanan nya seraya memberikan salam pertemuan. “Gimana kabarnya Der? mas Adi udah lama ya gak ketemu kamu,” ucap Adi. “Iya Mas. Udah lebih dari tiga tahun kaya nya,” ucap Dera sembari membalas senyuman Adi. “Kamu sibuk sekarang, dengar-dengar udah jadi Dokter terkenal.” “Ah Mas bisa saja,” ucap Dera sedikit menukas pernyataan Adi, Adi pun memperkenalkan sosok Istrinya. Dera tersenyum dan sepertinya Dera sudah mengenal sosok Retno, “Kenalin ini Retno, Istri Mas.” “Hay Ret, apa kabar?” Retno tersenyum lalu menjawab pertanyaan Dera, “Baik Mas Dera, Mas Dera sendiri gimana kabarnya?” tanya Retno balik. “Kalian sudah saling mengenal?” tanya Adi. “Mas Dera ini kakak kelas aku sewaktu Koas, beliau juga Assisten Dokter untuk membimbing kami.” ucap Retno. Dalam hatinya, Dera pun berucap, “Ya, Lu kan wanita yang sempat gw suka!” “Mas Dera ini baik Mas Adi, dulu Retno selalu bertanya apapun pada Mas Dera.” “Kamu licik Ret,” “Lah kok Licik sih Mas?” “Habisnya Nikah gak bilang-bilang,” Pekik Dera, “Sama Mas Adi lagi, kalau aku tau aku kan bisa sempatkan datang.” “Lagipula waktu Retno nikah sama Mas Adi, kata Bang El Mas Dera lagi Di Turki tugasnya.” “Oh iya ya,” He-he-he Dera tertawa dengan lepas, lalu ponselnya terdengar berbunyi dan Dera segera merogoh ponselnya. Bersamaan Dera merogoh ponselnya, Adi meminta Dera untuk memberikan Azkia kepadanya dan Adi terlihat menggendong putri kecilnya itu. “Halo Den?” “Lu dimana Der?” “Gw di depan Masjid yang lu maksud,” “Oh gitu, Ya udah gw lagi di Toilet nih. Sahda lagi di dalem Toilet. Bentar lagi gw langsung meluncur ke Lokasi ya,” ucap Dendi. “Oke Dendi, ada Adi sama Istrinya.” “Waah Cocok dong, sekalian Silaturahmi juga.” “Siap Den kalau gitu,” “Jazakallah khair ya Der,” “Iya Den, kaya sama siapa aja lu.” Dera pun menutup panggilan tersebut, ia kembali mengatur rencana untuk memberikan sebuah kejutan kedatangan Risna untuk Sahda. Ia pun mulai memberitahu apa yang akan di suguhkan oleh Dendi kepada Istrinya, mereka mengerti dan Adi begitupun Retno mengikuti rencana yang akan di buat Dera sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN