Di tempat berbeda, Dendi sedang menyandarkan tubuhnya di hadapan tembok Toilet. Ia terlihat menunggu kedatangan istri tercintanya yang sedari tadi berada di dalam Toilet, “Darrr.”
“Astagfirullah..”
“Mas Kaget ya?” Tanya Sahda, “Maaf Mas bukan maksud Sahda..”
“Ssss, Gak apa-apa sayang. Mas hanya kaget, lagian gak sampai Mati kan.” Ucap Dendi sembari menarik tangan kanan milik istrinya, “Mas punya kejutan buat Sahda,”
“Oh iya apa?”
“Ada dong, kalau Mas bilang namanya bukan kejutan.” ujar Dendi sembari tersenyum.
“Mas..”
Dendi selalu tersenyum manakala setiap kali melihat dan menata raut wajah bidadari surganya itu, “Mas kenapa senyum nya gitu sih?” tanya Sahda.
“Kamu lebih indah dari apapun Sahda, Entah mengapa Mas sangat mencintai kamu.”
Sahda tertawa kecil, “Baba pernah bilang kalau kita gak boleh mencintai Mahluk ciptaan Allah swt melebihi cinta kita kepada Allah, jadi Sahda mohon Mas jangan terlalu mencintai Sahda. Dengan Mas menjadikan Sahda satu-satunya Saja sudah membuat Sahda bahagia,”
“Kalau itu jelas sayang, tapi entah mengapa Tuhan memberikan perasaan ini untuk mu.”
“Mas mulai deh Gombalnya,”
“Gak Gombal, Mas serius.”
“Jadi gak kasih kejutan buat Sahda?” tanya Sahda kembali.
“Jadi dong,”
Sahda tersenyum sembari memiringkan wajahnya, Dendi yang saat pada saat itu menatap wajah istrinya pun segera membalas senyuman yang diberikan istri tercintanya.
Dendi pun terlihat merogoh saku celananya, ia mengeluarkan sapu tangan berwarna biru gelap dan menunjukkan sapu tangan tersebut kepada Sahda.
“Apa itu Mas?” tanya Sahda.
“Ini sapu tangan,”
“Iya Sahda tau itu sapu tangan, maksud Sahda untuk apa sapu tangan itu?” tanya Sahda kembali.
“Sapu tangan ini untuk menutup mata Sahda,” Jawab nya dengan pelan, Sahda kembali melebarkan senyuman di wajahnya. Ia segera menutup mata miliknya itu. “Gak apa-apa kan Mas pasang sapu tangan nya untuk menutupi mata Sahda?” tanya Dendi kembali.
“Gak apa-apa Mas, Sahda malah senang.” jawab nya kembali.
“Ya sudah,”
Tidak pernah sedikit pun terlihat kalimat bantahan dari bibir Sahda untuk suaminya, baginya apapun yang di lakukan oleh suaminya adalah kebaikan untuknya. Dan saat ini Dendi sudah menutup mata Sahda dengan menggunakan sapu tangan tersebut, Dendi pun menarik tangan istrinya dengan pelan, lalu menggenggam nya perlahan dan memberikan menuntun tangan istrinya dengan langkah yang pelan.
Wajah Dendi terlihat berseri-seri, manakala mengajak istrinya untuk sama-sama Melangkah. Dan dari kejauhan Dendi melihat bahwa ibu mertuanya sudah duduk di tempat yang sudah di sediakan oleh Dendi sendiri, dari dari jauh mereka melihat Dendi yang sedang berjalan perlahan bersama Sahda.
“Mas masih jauh ya?” tanya Sahda.
“Sebentar lagi ya sayang,”
“Iya Mas, masih jauh juga gak apa-apa asal sama Mas.” jawab Sahda dengan suara yang sangat pelan.
Sesampainya di tempat yang menjadi tempat tujuan Dendi, Dendi pun segera mempersilahkan Sahda untuk duduk, “Sebentar sayang, jangan di buka dulu ya penutup matanya.” ucap Dendi, Sahda mengangguk pelan, senyumannya seolah tak ia lepaskan.
Sementara itu, Dendi segera menghampiri Retno dan Adi lalu memberikan salam kepada mereka juga kepada Dera dan Risna. Dendi tersenyum, Dendi meminta Adi untuk memberikan Azkia padanya. Dan setelah Adi memberikan Azkia, Dendi pun kembali menghampiri istrinya. Lalu Dendi membuka penutup mata itu dengan perlahan, “Surprize…” ucap mereka bersama-sama, Sahda terkejut dengan kehadiran Risna.
“Umma,” Sahda segera berdiri dan menghampiri tempat dimana Risna duduk, lebih tepatnya di hadapan dirinya sendiri.
“Umma kapan kesini? Sama siapa?” tanya Sahda sembari memeluk dan mencium pipi serta kening umma nya.
“Dengan nak Dera, Suami mu yang meminta Nak Dera untuk membawa Umma kesini.” Jawab Risna.
Sahda pun mengalihkan pandangan miliknya untuk memandang wajah suaminya, lalu kembali tersenyum dengan sangat manis.
“Makasih ya Mas Dendi dan Mas Dera,” ucap Sahda yang terlihat kembali memeluk Umma nya.
Dendi tersenyum dan Dera menjawab, “Sama-sama Neng Sahda,”
Setelah puas memeluk tubuh ibunya, Sahda beralih memandang dua orang yang sangat ia kenal juga.
“Mas Adi, Retno juga ada disini.” ucapnya sembari menghampiri keduanya.
Ia memeluk Retno dan Retno membalas pelukannya, lalu ia mengatupkan kedua tangannya sembari tersenyum menatap Adi.
“Iya Sahda kebetulan aku baru saja sampai hari kemarin,” jawab Retno.
“Rencana nya malam ini kalau tidak ada halangan kita akan menghampiri kalian, atau memberikan janji untuk bertemu di suatu tempat.” Timpal Adi.
“Namun Qadarullah Allah mempertemukan kita di tempat yang gak di sangka-sangka,” timpal Retno kembali.
“Ya sudah berhubung aku sudah mempersiapkan makanan dan tempat yang indah ini untuk kedatangan Umma dan Dera, ayo sama-sama kita makan bersama.” Ajak Dendi kepada Adi dan Retno.
“Sebenarnya saya ingin sekali Den, tapi sebentar lagi saya harus bertemu dengan rekan bisnis saya.”
Retno tersenyum, “Iya Mas Dendi, jadi maaf untuk saat ini bukan maksud kami menolak ajakan dari Mas Dendi.”
“Ya sangat di sayangkan sekali, padahal aku udah seneng loh Ret kamu mau makan disini sama kita.”
“Iya Sahda, kami janji deh esok dan hari selanjutnya kaki akan mengadakan makan malam bersama kalian.”
“Ya sudah tidak apa-apa, di tunggu loh makan malam bersama nya.” timpal Dendi.
“InshaAllah Mas Dendi, besok atau lusa sebelum kita pulang ke Indo ya.” Ucap Retno kembali.
“Baiklah kalau begitu, sampai bertemu nanti ya Ret, Mas Adi.” Ucap Sahda kembali. Retno mengangguk begitupun Adi, mereka pun segera berpamitan. Dan sebelum berpamitan untuk pergi kembali, Retno terlihat menggendong sejenak Azkia. Ia juga meminta kepada Sahda dan Dendi untuk mengijinkan dirinya dan Adi mengasuh Azkia di esok hari, Sahda ataupun Dendi menyetujui permintaan Retno begitupun dengan Risna.
Makan siangpun berlanjut, wajah Sahda terlihat begitu berseri melihat wajah sang ibu dan anak kesayangan nya berada di hadapan dirinya.
“Mas Dendi, makasih ya. Makasih banget, Sahda gak akan pernah lupain ini semua.” ucapnya sembari tersenyum, Dendi membalasnya dengan senyuman di wajahnya kembali. Lalu Sahda menatap wajah Dera, “Mas Dera juga makasih ya, makasih udah mau ajak Umma kesini, udah mau di repotin Sahda sama Mas Dendi.”
“Siapa sih yang merasa di repotkan?” tanya Dera.
Sahda tersenyum kembali, “Sahda gak enak Mas, takutnya Mas nya lagi sibuk.”
Dera pun kembali menjawab, “Kalau sibuk, Dera gak mungkin ada disini dan Dendi pasti hubungi teman-temannya yang lain. Lagian siapa teman Dendi yang mau menolak permintaan Dendi,” jawab Dera kembali
Sahda pun tersenyum manis kembali, “Sebegitu baiknya kah Mas Dendi suamiku sampai teman sejawat nya mengatakan demikian, Ya Allah terimakasih karena engkau sudah hadirkan Mas Dendi di dalam kehidupan ku. Apalagi setelah kegagalan pernikahan ku bersama Mas Fathur hingga merenggut nyawa adik ku satu-satunya,” Sahda berbicara dalam hati nya, “Semoga Allah mengampuni segala kesalahan aku, dan semua orang-orang yang selama ini berada di sekeliling ku. Dan Semoga Allah memberikan selalu kebaikan dalam kehidupan merek, Aamiin.”
“Sahda.” panggil Dera.
“Mmm Ya Mas Dera, ada apa?” tanya Sahda balik.
“Sebagai balasan nya, Mas Dera minta dikenalin sama Temen Sahda dong. Siapa tahu bisa dapat Jodoh juga dari lingkungan baik seperti lingkungan Sahda,” ucap Dera, “Gak apa-apa kan Den?”
“Mmmm, masalah jodoh itu rahasia Allah. Tapi kalau mau mencoba berikhtiar ya gak apa-apa,” Jawab Dendi.
“Umma doakan semoga Nak Dera lekas mendapatkan Jodoh yang baik, yang sangat sayang terhadap Nak Dera dan menjadi makmum yang baik untuk di imami Nak Dera.”
“Aaamiin Umma makasih,” Jawab Dera sembari mengusap wajah miliknya, “by the way, Ada gak Sahda.”
“Kalau teman Sahda sih banyak Mas, semua baik-baik dan alhamdulilah rata-rata lulusan pesantren. Kalau Mas mau nanti Sahda carikan ya,”
“Tentu mau dong Sahda, Mas juga kan pengen kaya Dendi.”
“Memang sudah seharusnya kamu mencari, jangan ditunda-tunda lagi Der. Apalagi masalah jodoh seperti ini,”
“Iya, sama kaya kamu Den. Menunda pernikahan untuk mendapatkan gadis sebaik Sahda,”
“Sahda memang gadis Mas, tapi statusnya bekas istri orang.” Celetuk Sahda kembali.
“Hus gak boleh gitu,” Risna menatap wajah Sahda.
Sahda pun meminta maaf pada Risna dan Dendi, “maaf Umma, Maaf Mas.”
“Gak apa-apa sayang, kenyataan memang seperti iyu. Tapi aku beruntung karena pada akhirnya, penantian ku untuk menjadikan mu istriku terbalaskan.”
“Emangnya Mas udah incer Sahda dari lama ya?” Celetuk Sahda bertanya.
“Bukan lama lagi Sahda,” jawab Dera sembari memalingkan wajah miliknya untuk menatap Dendi, “Jadi dulu itu, Dendi mengagumi kamu dan aku mengagumi Retno.”
“Nah berhubung Retno udah jadi istri Mas Adi, jadi carikan aku penggantinya.” Lirihnya meminta pada Sahda, Sahda terlihat menahan tawanya.
“Iya Mas. InshaAllah ya Mas. Semoga saja kami bisa menjadi pilihan Allah swt untuk perantara jodoh Mas,”
“Aaamiinnnn,” Sahut Dera bersama-sama dengan Dendi, Sahda dan Risna.
“Semoga Sahda dan Dendi juga menjadi pasangan yang selalu mendapat Ridho Allah,” tutur Dera kembali dibalas kalimat Amin kembali, Dera tersenyum lalu kembali memakan makanan yang sudah di sajikan terlebih dahulu. Dera memang sosok lelaki baik, bahkan ia sangat menyayangi sosok Dendi. Baginya Dendi adalah sahabat satu-satunya yang sangat ia sayangi dan Hormati, apalagi Dendi adalah orang yang selalu memberikan semangat padanya pada saat dirinya rapuh.