Sahda keluar dari dalam kamar mandi, rambut di atas kepalanya begitu basah dan hitam pekat. Dendi yang masih menatap foto yang sempat di kirim Una itu begitu lekat saat melihatnya, Sahda pun mendekati suaminya.
“Mas?” ucap Sahda sembari memegang pundak milik suaminya itu, “Mas mau membersihkan diri kan?” tanya Sahda.
Wajahnya terlihat menyimpan sesuatu, namun Dendi tak berani mengatakan hal yang sedang tersemat dalam hatinya itu. Dendi pun menjawab dengan nada yang terbata-bata, “Mmm, Iya Sahda.” Sahda menatap wajahnya.
Lalu ia memegang pipi kanan suaminya, mengusapnya dengan lembut sembari tersenyum. Sorot matanya mengatakan bahwa Sahda sangatlah mencintai sosok Dendi, “Air nya sudah aku siapkan,” ucap Sahda.
“Kamu isi Bathtub?” tanya Dendi.
Sahda tersenyum, “Iya siapa tau Mas Dendi pegal-pegal badan nya, mungkin dengan berendam air hangat pegal nya akan sedikit hilang.”
Dendi tersenyum dengan sangat manis, “Gak salah Mas pilih kamu jadi istri Mas,”
Sahda menunduk malu kala mendapat sebuah pujian dari Dendi kembali, “Mas jangan buat Sahda malu saat setiap kali berhadapan dengan Mas,” ucapnya dengan nada yang sangat amat manja.
“Ya Gak apa-apa dong.”
“Tapi nanti muka Sahda memerah Mas,” Sahutnya kembali.
“Gak apa-apa, justru mas senang kalau Sahda malu-malu depan Mas.” ungkapnya dengan sedikit senyuman nakal, “Mas kan jadinya gemas sama Sahda,” sambung Dendi kembali.
Sahda tersenyum kembali, ia juga terlihat menahan rasa malunya.
Dendi menatapnya dengan tatapan lembut, sepertinya Sahda memang sudah di jadikan ratu di dalam kehidupan dirinya. Sahda memiliki tempat yang sama istimewanya dengan Umi kesayangan nya, Sahda menunduk malu kala suaminya itu semakin lekat menatapnya. Dendi yang saat ini menatapnya pun tak ingin melepaskan pandangannya, ia menarik dagu runcing milik Sahda dengan menggunakan jari pada tangannya.
Cup!
Dendi memberikan sebuah kecupan manis kepada istrinya itu, “Aku selalu mencintaimu, saat kemarin, hari ini dan selamanya aku akan minta pada Tuhan untuk mempersatukan kita selamanya. Aku tidak peduli seberapa keras doa ku kepadaNya, Aku hanya ingin kau selalu ada untuk ku.” ungkap Dendi kembali, kalimat itu ia katakan secara berulang. Sahda tersenyum saat mendengar sebuah ungkapa kasih dari suaminya, hatinya benar-benar merasa sangat bahagia, maklum selama menikah bersama Fathur, Sahda tidak pernah mendapatkan hal yang baik seperti ini.
“Aku juga akan selalu berdoa dengan kalimat yang sama dengan mu Mas,” balas Sahda sembari menatap wajah suaminya, “Ya sudah mandi sana, nanti air nya dingin lalu di buang kan Mubazir.” tambahnya.
Dendi mengangguk dan segera beranjak dari sofa yang sedang diduduki oleh nya, lalu ia berjalan menuju kamar mandi.
“Mmm ada yang lupa,” ucapnya sembari menoleh kembali kearah istri kesayangan nya itu.
“Apa Mas?” tanya Sahda, “Handuk sudah di dalam, semua kebutuhan Mas juga sudah di dalam. Termasuk pakaian dalam Mas, Sahda sudah simpan kok.” cerocos dari mulut istrinya itu pun semakin membuatnya gemas.
Dendi kembali berjalan kearah dimana istrinya itu duduk, lalu ia mendekati istrinya. Sahda merasa bingung dengan tingkah sang suaminya itu, “Cup! Cup! Aku mandi dulu ya,” Setelah mengecup kening Sahda untuk kesekian kalinya, Dendi pun kembali berjalan menuju kamar mandi.
“Harus ya Mas kecup kening Sahda berulang seperti itu?” tanya Sahda sembari tertawa kecil.
“Harus dong! Mas kan mau ke kamar mandi, mas harus ijin dan Pamit juga sama istri.”
“Lah kenapa sih Mas? Kamar mandinya kan dekat.” protes Sahda kembali seraya bertanya mengenai tingkah lucu suaminya itu.
Dendi kembali menghentikan langkahnya, “Ajal itu bisa kapan saja datang sayang,” ucap Dendi, “Kalau Mas udah pamit, udah ijin kan kamu juga udah tenang. Kalau Mas diambil saat mandi gimana? setidaknya Mas udah pamit sama kamu.” Susul Dendi.
Sahda menundukkan kepalanya sebentar, ia merasa bingung dengan kalimat yang di ucapkan suaminya.
“Udah ah Mas, jangan bikin takut Sahda.” Kilah nya sembari mengerutkan dahinya.
“Bukan maksud Mas bikin takut sayang, tapi Mas hanya ikuti apa yang selalu Abi Mas lakukan terhadap Umi.” jawab Dendi, “Ini juga kan nasihat yang diberikan Umi pada Mas,” tambahnya.
Sahda mengusap pelan d**a miliknya, “Jantung Sahda berdegup kencang,” keluhnya kepada suaminya itu.
“Istighfar yang banyak, ya udah Mas mandi dulu ya.”
“Iya Mas.” jawabnya sembari menunjukkan senyuman.
Sahda memikirkan apa yang dikatakan suaminya, ia benar-benar takut dengan kalimat yang sebelumnya di dengar olehnya. Kalimat itu sama persis dengan kalimat yang pernah di katakan oleh babanya, bahkan Baba nya selalu berpamitan kemanapun ia pergi, walaupun kepergiaan nya hanya ke tempat yang tidak jauh dari dirinya dan Umma nya itu.
“Ya Allah aku mohon panjangkan usia suamiku, aku tidak tau jika dia pergi terlebih dahulu dariku. Mungkin aku akan merasa sangat kehilangan dirinya, panjangkanlah jodoh kami, berikanlah kebarokahan untuk hubungan yang telah di restui oleh-Mu.” Setelah berdoa Sahda pun mengusap wajahnya dengan lembut, lalu ia segera membuka pesan yang sebelumnya di baca dan di balas oleh suaminya. Ia melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh mantan umi mertuanya itu, ia melihat foto pernikahan nya terdahulu bersama Fathur kembali terpajang di dalam kamar milik Fathur itu.
Sahda pun segera mengirim sebuah pesan singkat kepada Una, “Assalamualaikum Umi, Umi sebelumnya Sahda mau minta maaf. Apakah Umi bisa melepaskan kembali foto tersebut?” tanya Sahda di dalam pesan.
Lalu tak berselang lama, Una menjawab pesan Sahda.
“Itu Fathur yang pajang, katanya mau mengenang hubungan kamu dan dia yang kandas karena kesalahannya.”
Sahda kembali menjawab, “Tapi alangkah baiknya di lepas saja Umi.”
“Baiklah nanti Umi suruh Anton lepas ya,” jawab Una kembali.
“Umi gak marah kan?” tanya Sahda.
“Enggak sayang, lagipula ibumu juga tadi meminta umi untuk melepasnya.” jawab Una kembali.
“Gak apa-apa ya Mi di lepas, takutnya Mas Dendi lihat.” jawab Sahda kembali, “Mas Dendi sih gak akan kenapa-kenapa Umi, tapi Sahda gak enak juga.” tambahnya dalam pesan singkat berbasis online itu.
“Ya sayang, seharusnya juga Fathur lebih menghargai Dendi. Dendi kan suami mu saat ini.” Jawab Una kembali.
“Ya Umi,”
“Ya sudah istirahat ya sayang, tenang saja Umi mu aman bersama kami.”
“Ya Umi, makasih ya Umi. Mungkin Besok Sahda Video Call Umi dan Umma, sekarang Sahda sama Mas Dendi mau istirahat dulu.” balas Sahda kembali.
“Ya sayang, I Love You anak kesayangan Umi.”
“Loveyou too Umi, sekali lagi Jazakillah Khair ya Umi.”
Begitulah isi pesan yang dikirim Sahda untuk Una, Sahda pun segera menutup layar kunci pada ponsel tersebut. Sahda terlihat merasa kelelahan, ia merebahkan diri di atas sofa sembari menunggu suaminya yang masih berada di dalam kamar mandi. tak terasa Sahda sudah terlelap tertidur di atas sofa tersebut, Dendi yang saat itu keluar pun melihat betapa manisnya wajah sang istri. Ia mendekati istrinya, lalu menatapnya kembali dengan lekat.
Ia tak hentinya bersyukur karena mendapatkan istri yang sangat cantik baginya itu, apalagi Sahda adalah salah satu wanita yang di nobatkan wanita tersabar di lingkungan nya, Sahda juga di terkenal dengan keshalihahan dirinya.
“Kamu lelah ya?” tanya Dendi dalam hati, “Aku gendong saja dan menidurkan nya diatas ranjang, kasihan istriku tersayang ini, sepertinya ia merasa kelelahan karena perjalanan yang sangat jauh tadi.” Sambungnya. Dendi menggendong Sahda dengan sangat hati-hati, lalu ia merebahkan Sahda diatas ranjang mereka. Dendi juga tak lupa menyelimuti tubuh Sahda sampai selimut itu menutupi bagian d**a Sahda, ia mengecup kening Sahda dan tanpa sengaja membuat Sahda terbangun.
“Mas..”
“Sssssjhhhhhh.. tidur lagi sayang, Mas juga mau tidur.”
“Iya Mas, soalnya Sahda sangat ngantuk.”
“Ya udah sini Mas peluk kamu..”
Mereka tidur didalam selimut yang sama, Dendi tak melepaskan tubuh Sahda yang terlelap dalam pelukan dirinya, begitupun dengan Sahda yang tak mau melepaskan tubuh Dendi dan mereka tertidur dengan posisi yanh terlihat sangat mesra. Sungguh cinta dua manusia yang sangat di impikan setiap pasangan, Dendi dan Sahda memang sudah saling mencintai satu sama lain, mereka merasa hubungan mereka sangatlah berharaga.