AIR MATA SAHDA SEASON 2 - CHAPTER 6

1453 Kata
ISTANBUL, TURKI Setelah melakukan perjalanan hampir dua belas jam lamanya, kedua pasangan muda ini sudah sampai di tempat tujuan. Mereka memang memilih Turki untuk menjadi tempat mereka memanjakan diri bersama-sama, berbulan madu di Kota Istanbul adalah cita-cita Sahda maupun Dendi. Karena bagi mereka Kota Istanbul adalah kota yang memiliki suasana cukup nyaman bagi pasangan seperti mereka, Kota Istanbul adalah kota yang unik yang di sukai oleh mereka. Di sela-sela bulan madunya di Negara Turki, mereka berniat untuk mengunjungi Topkapi Papace yang merupakan tempat tinggal ke kaisaran Ottoman yang sangat bersejarah, apalagi Sahda diam-diam senang sekali dengan negara ini. Saat ini mereka sedang berada di dalam perjalanan menuju Hotel tempatnya menginap, Sahda tak lepas menggenggam tangan suaminya dan suaminya tak lepas memandangi wajah istrinya yang terlihat bahagia. Jam menunjukkan pukul 8 malam, perjalanan dua belas jam itu cukup melelahkan bagi mereka. “Mas Dendi..” bisik Sahda, “Kalau sekarang cape ya?” tanya Sahda. “Sekarang?” tanya Dendi, Dendi menatap nakal kearah istrinya itu. “Iya..” “Mmmm, enggak.. hayu aja, Mas kan kuat.” “Beneran?” tanya Sahda sembari tersenyum. “Iya beneran,” jawab nya kembali, Sahda tersenyum dan kembali terdiam saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Dendi. Rupanya Sahda sedang mencoba membuat Dendi merasa penasaran dengan pertanyaan yang di ajukan olehnya, “Mas Dendi,” “Kenapa sayang?” “Kok malah kearah Hotel?” tanya Sahda. “Lah kan tadi Sahda ajak langsung...” Sahda tertawa kecil melihat raut wajah suaminya itu, “Loh kok malah tertawa?” tanya Dendi. “Mas kan mau ajak Sahda keliling?” tanya Sahda balik, “Tapi Mas malah ajak Sahda ke hotel,” “Sayang, kira Mas itu..” “Itu Apa?” “Anu..” “Mas, yang jelas dong?” “Iya kira Mas, Sahda ajak Mas..” “Oh itu..” “Iya...” Dendi tak melepaskan pandangan nya dari wajah cantik istrinya itu, wajah Sahda berubah merah kala mendapat tatapan hangat dari suaminya. “Ya sudah kita besok aja keliling nya,” jawab Sahda. Sahda terdiam menatap kearah samping kaca mobil tersebut, gedung-gedung tinggi pencakar langit ada di setiap samping jalan yang di lewatinya. Sahda tersenyum dan berucap dalam hati, “Sakit gak ya?” Pertanyaan itu muncul dalam benaknya, “Bismillah ini kan hal yang sangat wajib Sahda berikan, semoga Allah kasih Sahda kekuatan.” Sambungnya berbicara dalam hati, Dendi menggenggam erat tangan Sahda lalu merangkulnya dan mengecup pipi kanan milik gadis berusia dua puluh lima tahun itu. Sampailah mereka di halaman lobby Hotel megah yang sudah di siapkan oleh Dendi itu, “Waawwwww.. Hotelnya ala-ala Turki banget ya Mas.” “Iya, nanti di dalam kamu merasa berada di dalam istana Ottoman.” sahut Dendi kembali, Dendi kembali menggenggam tangan Sahda. Dan seseorang petugas menghampirinya, “Selamat malam Pak Dendi dan Bu Sahda, selamat menempuh hidup baru.” ucapnya dalam berbahasa turki, ia begitu ramah saat menyambut Sahda dan Dendi. Sahda maupun Dendi merasa sangat bahagia saat mendapatkan sambutan tersebut, mereka pun menjawab nya dengan senyuman diwajah mereka. Dendi memang sangat pandai berbahasa Turki, maklum Dendi sempat tinggal di Negara Turki saat menyelesaikan Study S2 nya. Mereka pun berjalan menuju kamar yang sudah disiapkan itu, Dendi sangat romantis, ia tetap menggenggam tangan Sahda. “Mas, makasih ya.” “Makasih nya sama Pak Cipto nanti kita telpon beliau.” “Sahda senang sekali..” “Syukurlah kalau Sahda senang, Mas juga sangat senang melihat wajah Sahda.” Ting! Sebuah mesin yang menempel di hadapan pintu itu berbunyi. “Tuan Dendi, ini kunci dan kami sudah menyiapkan beberapa keperluan Tuan Dendi dan Nyonya Sahda selama disini. Semoga kalian senang dan nyaman selama berada disini,” ucapnya sembari tersenyum, Sahda maupun Dendi membalas senyuman nya dengan senyuman yang sangat manis, lalu seorang petugas itu pun berpamitan untuk keluar dari dalam kamar hotel tersebut. Kamar Hotel yang terlihat ciamik itu akan membuat siapapun merasa betah saat berada di dalam, Dendi memang memiliki selera yang sangat tinggi dan ia hanya ingin membuat sang istri terlihat nyaman saat bersama dengan nya. Sahda duduk di atas sofa, ia membuka sepatu yang sedang dipakai olehnya itu. Lalu Dendi duduk di sampingnya, “Mas mandi dulu ya, kebetulan kita belum Sholat isya kan?” tanya Dendi. “Iya Mas, tadi ketiduran di pesawat. Sahda mau bangunin kasian,” ucap Sahda. “Tapi gak apa-apa lain kali bangunin aja, biar Mas tepat ibadahnya.” Jawab Dendi. “Ya udah maaf ya Mas, Mas mandi duluan. Setelah itu Sahda mandi juga,” sahut Sahda kembali, Dendi pun segera masuk kedalam kamar mandi dan Sahda memilih untuk membereskan barang-barang nya. Ia begitu penasaran dengan sesuatu di balik jendela besar kamar hotel tersebut, Sahda pun berjalan dan membuka jendela kamar hotel tersebut. “MasyaAllah, SubhanaAllah, maha suci Allah indah sekali.” Ia menatap takjub kearah lampu-lampu yang berkelap kelip menghiasi jalanan ibu kota Istanbul. “Sungguh Luar biasa Kota Istanbul ini,” Ucap Sahda kembali, ia begitu mengingat sosok Abi nya. Dulu Sahda sempat mengatakan ingin mengajak Abinya untuk berliburan ke kota Istanbul, namun Abi nya itu menolak dan memilih untuk mengajak Sahda beserta yang lainnya menginjak tanah suci dan Abi nya itu berucap setelah menginjak tanah suci, ia mau berliburan ke Kota Istanbul. Namun sayang, semuanya belum sempat terwujud oleh nya. Ia pergi lebih dulu dari Janji yang belum terwujud oleh Sahda, air matanya kembali menetes. Ia segera mencari ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Umma nya itu, namun saat itu sosok suaminya sudah keluar dari dalam kamar mandi. “Kenapa sayang?” tanya Dendi. “Aku mau telpon Umi, tapi dari tadi gak nyambung.” “Sinyalnya mungkin, nanti saja kabari umma nya.” ucap Dendi, “Mandi dulu sana,” pinta Dendi pada Sahda, tanpa menukas apapun Sahda segera melangkah kedalam kamar mandi. Ia memang sosok istri yang sangat penurut, bahkan ia sangat memuliakan sosok suaminya itu. Di dalam kamar Mandi Sahda segera membersihkan dirinya, ia begitu sangat apik saat membersihkan inci demi inci kulit lembut miliknya. Ia juga tak lupa melakukan wudhu saat selesai membersihkan tubuh nya, “Jangan lupa pakai Farfum Sahda, supaya Mas Dendi merasa wangi saat mencium mu.” ucapnya dalam hati. Sahda tersenyum sembari melirik kearah cermin besar di dalam kamar mandi tersebut, jantungnya berdegup dengan kencang. Ia merasa gugup, namun ia segera membuang perasaan gugup itu. Sahda pun segera berjalan keluar kamar mandi, ia melihat Dendi yang sedang asyik membaca sebuah kitab kecil di tangannya. Dendi menyadari kehadiran istrinya itu, “Wangi sekali sayang,” ucap Dendi, ia melihat begitu basah rambut sang istri. Dendi pun menghampirinya dan mengajaknya untuk duduk di atas sofa, lalu Dendi membawa handuk lainnya dan mencoba mengeringkan rambut panjang milik Sahda. “Indah sekali rambut mu,” puji Dendi kembali, wajah Sahda kembali memerah bak buah Tomat. Sahda tersenyum dan menundukkan kepalanya, Dendi tetap asyik mengeringkan rambut Sahda. Sesekali Dendi mencoba mencuri pandang kearah wajah cantik istrinya, ia menyapu wajahnya hanya dalam satu lirikan. Ia tahu bahwa Sahda pun melakukan hal yang sama, dan bagi Dendi ini adalah waktu yang sangat tepat untuk sepasang pengantin baru seperti mereka, apalagi hal ini sudah tersimpan begitu lama. Dendi mengusap lembut pipi Sahda, “Sahda aku bahagia sekali memiliki mu, mengapa aku bahagia? Apakah kamu tau?” Tanya Dendi padanya. “Mengapa Mas? Tapi Mas sudah memberikan Berjuta alasan kepadaku..” “Ada yang terpenting dari dirimu sayang,” “Apa itu Mas?” tanya Sahda kembali, ia memberanikan diri untuk menatap mata suaminya walaupun sebenarnya ia merasa sangat malu melakukan hal itu. “Karena setiap aku pulang, setiap aku melihat wajah mu, aku selalu menjumpai dua keindahan.” “Apa saja itu?” tanya Sahda kembali. “Selain senyuman mu yang sangat teramat manis, aku juga dapati kain panjang yang selalu menutupi aurat mu. Aku yakin kau akan selalu mampu menjaga kehormatan mu untuk ku,” jawab Dendi, “Kau selalu membuat ku merasa sempuran.” jawab Dendi kembali. “Apa kamu mau menjadi bidadari surga ku selamanya?” tanya Dendi kepada Sahda. “Mas..” Sahda menatap lirih kearah wajah suaminya dan tanpa mendengar jawaban Sahda, Dendi segera mendaratkan sebuah kecupan manis di pipi Sahda. Lalu ia menyimpan tangannya di atas ujung kepala milik Sahda, ia memberikan doa kepada Sahda. Air mata Sahda menetes karena merasa bahagia, akhirnya Sahda benar-benar mendapatkan hadiah besar berupa suami Shalih yang di berikan Tuhan untuk melengkapi kehidupannya. “Saat ini juga aku bersumpah untuk menjadikan mu satu-satu nya bidadari untuk ku, Aku mencintai mu karena Tuhan. Aku menyayangi mu karena semesta mendukungku,” ungkap Dendi tepat di hadapan wajah Sahda, Dendi menggendong Sahda menuju ranjang yang akan menjadi saksi bisu malam pertama yang sangat indah bagi mereka itu. “Mas pelan-pelan ya..” ucap Sahda sembari tersenyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN