Bab 36

1816 Kata

Lidia berlari kecil melewati koridor lantai dua, langkahnya berderap cepat di lantai marmer yang berderit halus. Jantungnya berdegup kencang, begitu keras hingga ia merasa bisa mendengarnya di telinga sendiri. Nafasnya memburu, sesekali ia harus menahan diri agar tidak benar-benar terjatuh karena langkahnya yang tergesa. Saking paniknya, ia bahkan sempat terpeleset ringan, sebelum akhirnya berhasil mencapai pintu kamarnya—tepat di samping kamar Roby. Begitu pintu terbuka, Lidia hampir membantingnya kembali hingga menutup rapat. Ia bersandar sejenak pada daun pintu yang kini terkunci, kedua tangannya menekan permukaannya, berusaha menenangkan tubuhnya yang bergetar halus. Dadanya naik turun tak beraturan, udara yang masuk ke paru-paru terasa terlalu sedikit untuk menenangkan gejolak dalam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN