Suara gemuruh mesin di luar jendela terdengar samar menembus kaca tebal ruang kerja Roby Darmawan. Dari lantai sepuluh gedung Darma Corps, pemandangan jalanan Jakarta terhampar luas: kendaraan berdesakan, klakson bersahutan, dan lautan manusia bergegas di antara panas dan kepadatan kota. Namun, semua hiruk-pikuk itu tak lebih dari gema jauh di telinga Roby. Pria dewasa itu nampak berdiri tegap di depan jendela besar ruangannya, tangan dimasukkan ke saku celana, rahangnya mengeras. Tatapannya kosong menembus pemandangan jalanan yang macet, namun pikirannya berputar dengan cepat, liar dan bising. Sudah lima belas tahun berlalu sejak tragedi kebakaran itu. Lima belas tahun sejak api melalap separuh gedung Star Light International School, meninggalkan puing dan ketakutan dalam ingatan banya

