Suasana kantor Darma Corps siang itu terasa lebih tenang dari biasanya. Riuh langkah pegawai mulai berkurang, menandakan waktu istirahat hampir tiba. Di lantai eksekutif, Lidia masih duduk tegak di balik meja kerjanya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard, menyelesaikan beberapa laporan keuangan yang harus ia revisi sebelum sore. Wajahnya fokus, mata menatap layar komputer tanpa jeda, seolah tidak ada hal lain di dunia selain deretan angka dan kalimat formal di depannya. Di atas meja kerjanya yang rapi, sebuah ponsel diletakkan di samping keyboard—layarnya sesekali menyala menampilkan jam digital. Beberapa berkas sudah ia susun berurutan, pena dan map berwarna senada menunjukkan kerapian khas Lidia. Tak jauh di sana, pintu kaca buram menuju ruang kerja Roby tertutup rapat. Dari arah

