Pagi itu terasa begitu panjang bagi Lidia. Setelah semalaman berada di sisi Roby, tubuhnya terasa lemas, seperti kehilangan separuh tenaga. Saat ini Lidia sudah kembali ke apartemennya. Ketika pintu apartemen terbuka, aroma hangat roti panggang dan kopi langsung menyambut Lidia. Bau itu biasanya membuatnya merasa nyaman, tapi kali ini justru membuat perutnya sedikit bergejolak. Ia tidak benar-benar lapar, hanya saja kehadiran aroma itu mengingatkannya betapa ia butuh sesuatu untuk mengisi energi yang terkuras. Suara sendok beradu pelan dengan piring terdengar dari area dapur. Apartemen mereka tidak besar, ruang makan kecil menyatu dengan dapur terbuka. Amanda, sahabatnya sedang duduk di kursi tinggi depan meja makan. Tubuhnya setengah bersandar santai, sambil menggigit roti dengan selai