Iva ngedumel di sepanjang perjalanan. Sumpah serapahnya pada Fabian tidak berhenti sampai dia memarkirkan mobil di area parkir basemen gedung apartemennya. Dia bahkan mengabaikan sapaan akrab satpam di sana karena di kepalanya hanya ada umpatan untuk Fabian. “Nyebelin!” Iva membanting pintu unit apartemennya. Masa bodoh tetangga akan terganggu dengan suara gebrakan itu. Iva sedang kesal, marah, dan mungkin patah hati. Tidak melepaskan sneakers putihnya, Iva melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Dia menutup wajah dengan bantal dan sedetik kemudian menurunkan kembali bantal tersebut. Iva megap-megap, sesak napas. “Sialan kamu, Bian! Aku kira kamu rumah, ternyata kandang babi. b******k kamu!” Iva kembali mengumpati Fabian. Dia kemudian mengambil posisi duduk bersandar ke punggung ranjang dan