Aluna duduk melamun di sofa ruang tamu sampai akhirnya Kaivan datang membuat lamunannya berakhir, “Apa yang kau lakukan?” tanya Kaivan. “semua pesananmu sudah di luar, tidak ingin melihatnya?” Aluna menoleh dan mendongak menatap Kaivan yang berdiri di sisi sofa. “Apa kau sengaja?” tanyanya membuat kerutan samar di dahi Kaivan. Aluna bangkit berdiri dan bicara dengan frustasi. “Apa kau sengaja membawa semua itu untuk menyindirku? Kau kira aku akan mandi dengan parfum-parfum itu? Kau kira aku sanggup memakan cake sebanyak itu? Kau kira aku akan senang dengan hal berlebihan seperti itu? Kau- kau benar-benar.” Aluna sampai tak bisa berkata-kata mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang. Alih-alih senang, ia justru merasa frustasi. Kaivan hanya diam sampai akhirnya tersenyum samar. “Aku

