Aluna mulai berkeringat. Ia khawatir Kaivan merealisasikan apa yang baru saja ia katakan. Namun, keberuntungan seolah tengah berpihak padanya karena, tiba-tiba lift kembali bergerak. “Sial,” gumam Kaivan. Ia seperti tengah dipermainkan. Ia pikir ia benar-benar akan bercinta dengan Aluna, membayangkannya saja sudah memacu adrenalinnya. Tapi sepertinya kali ini Aluna selamat. Ting! Pintu lift terbuka setelah sampai di lantai yang Kaivan tuju. Ia pun menuntun Aluna keluar dari lift menuju ruangannya di ujung lorong. Saat Kaivan berjalan bersama Aluna, mereka berpapasan dengan beberapa staf yang menuju ruang rapat. Sontak, keduanya menjadi pusat perhatian meski lewat curi pandang. Tentu staf-staf itu tak berani memperhatikan Kaivan dan Aluna secara langsung, tak ingin mendapat delikan d

