Sayang, wanita itu menamparku,” ucap Nanda setelah ia membawa pacarnya yang merupakan seorang preman ke hadapan Anggita. “Apa?” Pria bertubuh kekar itu memperhatikan wajah Nanda dan menemukan pipinya memerah membuatnya tampak amat marah. “Beraninya kau!” geram pria itu sambil menunjuk Anggita. “Bu, lebih baik kita pergi,” bisik Aluna seraya menarik tangan Anggita, mengajaknya menghindar. “Tunggu, Lun.” Anggita menolak. Dirinya tak mau kalah pada wanita yang sudah menuduh Aluna sembarangan. “biar ibu memberinya paham,” ucapnya kemudian. Aluna mulai cemas. Melihat seperti apa wajah pacar Nanda sepertinya dia tak akan segan melukai seseorang walaupun wanita. Dan benar saja, pria itu mendorong Anggita hingga nyaris jatuh terduduk. “Kau kira aku takut? Sebaiknya ajari wanitamu sopan

