Dahi Kaivan berkerut tajam melihat orang asing yang memasuki kamar. Orang asing yang sebenarnya adalah orang yang paling dekat dengannya. Sementara, Aluna mematung menatap Kaivan, berdiri di depan pintu setelah menutup dan menguncinya. Ia tak percaya, setelah berbulan-bulan lamanya pencarian, detik ini dirinya bisa bertemu kembali dengan suaminya itu. Tanpa sadar air mata Aluna menetes lalu bercucuran dengan derasnya. Kakinya yang gemetar, perlahan mengambil langkah dan berlari menghambur memeluk Kaivan yang berdiri di depan ranjang. Aluna memeluk Kaivan erat, sangat erat seakan Kaivan akan pergi jika ia mengendurkannya walau sedikit. “Akhirnya … akhirnya kita bertemu lagi. Aku rindu, aku … sangat rindu,” ucap Aluna di sela pelukan. Kaivan dalam kebimbangan. Ia merasa tak mengenal

