81

1213 Kata

POV Nina "Pasti bohong." Om Satria menggelengkan kepala, tangannya terus bergerak mengusap kepalaku. "Mas tidak akan bohong. Tapi ...." Aku memandangnya ingin tahu. "Tapi apa?" Dia menarik napas panjang. Berkata dengan wajah terlihat kesal. "Adik tidak boleh mengulangi lagi yang tadi, ingat adik sudah memiliki suami, tidak boleh dekat-dekat dengan lelaki lain apalagi sampai menyuapinya. Dengar tidak?" "Ya denger. Habisnya aku kesel sama mas." Akuku terus terang. "Selain es krim apa tidak bisa?" tanyanya terlihat berharap. Ya ampun, mau makan es krim saja seperti mau minum racun. Maka aku pun menggelengkan kepala tanpa ragu. "Aku pengennya kita makan es krim berdua. Apa susahnya, sih? Kan hanya sekali gak terus-terusan. Heran, deh." Ia menarik napas pasrah, atau lebih tepatnya, ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN