27

2684 Kata

Di depanku, tampak beberapa tetangga Om Satria, dua orang perempuan paruh baya dan tiganya lagi sekitar umur 25 tahunan. Perempuan-perempuan itu berjalan sambil menenteng plastik berisi sayuran. Aku mengusap cepat air mata agar tak terlihat seperti habis menangis dan menyapa mereka saat dekat yang langsung menyambut dengan ramah. "Mau ke mana?" tanya salah satu dari mereka. Mengamatiku dengan kernyit heran. Sepertinya walau mencoba menutupinya, aku tetap terlihat seperti habis menangis. "Mau ke ... jalan-jalan aja biar sehat," aku menyahut lirih. Mereka pun mengangguk dan pamit. Aku melanjutkan langkah dengan air mata kembali tergenang di pipi. Teringat sikap Om Satria lagi membuat hatiku berdenyar pedih. Tin tin! Bunyi klakson terdengar keras. Aku menoleh, mobil Om Satria ada di sebela

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN