22

1837 Kata

Aku memandangi Om Satria yang terlelap pulas di ranjang setelah percintaan kami, aku yang baru saja mandi duduk di sampingnya. Aku sedikit membungkukkan tubuh lalu mengusap kumis tipis di atas bibirnya. Dia sungguh tampan. Aku pun mendekat lalu menciumnya, langsung buru-buru menjauh saat tiba-tiba Om Satria membuka mata. Wajahku menghangat karena malu. Om Satria mengetuk pipinya dengan jari telunjuk. "Cium sini," katanya. Aku menggeleng. "Enggak mau." "Cium." "Enggak ah." Aku malu. Aku pun berdiri hendak menyisir rambut di depan cermin, tapi Om Satria menarikku kuat hingga aku terjatuh di lengannya. Om Satria berbaring miring dan memelukku erat. Jari telunjuknya kembali mengetuk pipinya. "Cium saya." "Enggak ah. Malu aku." Ia memejamkan mata. "Sekarang cium," katanya. "Iiih, enggak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN