POV Nina Aku menatap ke warung pecal di pinggir jalan yang ramai pembeli, kok sepertinya enak, yaa, makan pecal? Segar, pasti. Apalagi kalau ada irisan mentimun dan tauge mentahnya. Hmmm, mantap. "Mas, berhenti-berhenti." aku memandang suamiku. Mobil terus melaju menjauhi warung pecal. Om Satria menoleh. "Kenapa, Sayang?" Ia memelankan laju kendaraan. Menatapku sekilas. "Berhenti aku pengen makan pecal, Mas. Kayaknya kalau makan pecal gak mual lagi, deh. Aku lapar banget." Aku menatapnya berharap. Ia pun memundurkan mobil dan menghentikan di bibir jalan. Ia memajukan tubuh melepas sabuk pengamanku dan tersenyum kecil. "Hanya minta pecal saja ekspresi kamu seperti mau menangis." Ia tertawa pelan. Jari telunjuknya menyentil hidungku dengan sorot geli. "Aku takut mas gak mau berhenti. H

