Om Satria menghela napas panjang. "Baiklah," katanya dengan wajah seperti tak rela. Namun aku tak mempedulikannya, daripada disini membuatku ingin terus menangis, lebih baik pulang saja ke rumah ibu. Di sana lebih nyaman dan tenang. Aku membuka lemari, tanganku menyentuh baju demi baju dan akhirnya berhenti pada baju bermotif bunga-bunga melati berbahan lembut lantas meraihnya, melepas hanger dari baju. Aku menoleh saat Om Satria memelukku dari belakang. Membalik tubuhku menghadapnya, menatap dengan pandangan terlihat sedih. "Sayang, kamu yakin ingin ke rumah ibu?" Tatapannya terus terpacak ke arahku yang hanya diam, menarik napas panjang tanpa mengatakan apa pun, dengan tatapan kami terus saling memandang. Ia kira aku tak sedih, apa? Aku, juga sedih bahkan tersiksa dengan sikapnya. Aku

