Pov Nina "Kenapa sih Mas?" tanyaku saat ia kembali tersenyum. Om Satria mengecup punggung tanganku lalu ia memandangku. "Apa coba Sayang?" tanyanya balik, dengan wajah riang yang terlalu kentara. Aku menebak-nebak dalam hati dan pada akhirnya hanya bisa menggeleng pasrah. "Ditanya malah balik nanya. Aku sakit apa, katanya?" tanyaku heran. "Adik tidak sakit," sahutnya lirih. "Tapi tadi perut aku sakit banget." Ia mengangguk. "Iya, itu karena kita keseringan 'olahraga katanya. Jadi sementara tidak boleh." Ia memandangku. Aku terus memperhatikannya. "Karena adik akan jadi ibu," lanjutnya membuat mataku melebar. "Yang bener, Mas?" tanyaku yang tiba-tiba saja merasa begitu senang walau heran. Masa aku hamil tapi tak memiliki tanda-tandanya? Sama sekali tidak mual-mual seperti waktu it

