Zaki memicingkan sebelah mata, lalu menatapku menelisik. "Ada apa dengan ayah? Ayah tidak makan sesuatu, tapi tersedak. Ayah tidak bersalah padaku, tapi wajah ayah terlihat ...." Dia memandangiku lama-lama. "Gugup," katanya. Aku langsung mengibaskan tangan ke udara. "Gu-gup kamu bilang? Siapa yang gugup? Ayah?" Aku menuding dadaku sendiri, Zaki pun mengangguk membuatku langsung menggelengkan kepala menyangkal. "Kamu itu bicara aneh-aneh saja." Zaki terdiam memandangiku, dan akhirnya berucap, "Mungkin karena aku agak stres mengetahui ayah dan ibu ternyata sudah pisah. Aku pasti akan tambah stres jika Nina mengkhianatiku." Tatapanku menajam dengan dadaku berdebar hebat. "Kamu ini bicara apa?" tanyaku, dan dia tersenyum tampak terpaksa. "Aku hanya agak cemas, Yah. Entah kenapa aku meras

